Apa Itu Kejengkolan? Kenapa Bisa Bikin Sakit Saat Berkemih? Ini Penjelasan Medisnya!
Lifestyle –Siapa yang bisa menolak kelezatan semur jengkol atau jengkol balado? Meski aromanya menyengat, banyak orang justru tergila-gila dengan rasa khas dan tekstur empuk jengkol. Tapi hati-hati, karena ada satu efek samping yang tidak bisa dianggap remeh, kejengkolan.
Banyak orang mengalami nyeri luar biasa saat buang air kecil, bahkan sampai tidak bisa pipis sama sekali setelah makan jengkol. Ini bukan sekadar mitos atau sugesti, kejengkolan adalah kondisi medis nyata yang punya penjelasan ilmiah.
Pertama mari bahas apa itu kejengkolan. Secara medis, kejengkolan adalah gangguan saluran kemih akibat konsumsi jengkol berlebihan, terutama jika tidak diolah dengan benar atau dikonsumsi dalam kondisi tubuh kekurangan cairan.
Gejala kejengkolan yang umum meliputi:
- Nyeri tajam saat buang air kecil (disuria),
- Kesulitan buang air kecil atau bahkan tidak bisa sama sekali,
- Urine keruh atau berdarah,
- Mual, muntah, hingga nyeri di area pinggang atau perut bawah.
Kondisi ini disebabkan oleh senyawa kimia alami dalam jengkol yang disebut asam jengkolat.
Kenalan dengan Si Biang Kerok: Asam Jengkolat
Asam jengkolat adalah senyawa turunan asam amino yang terdapat dalam biji jengkol. Masalahnya, zat ini punya sifat tidak larut air dan sulit diproses tubuh. Saat masuk ke dalam sistem pencernaan, asam jengkolat akan diserap ke dalam darah dan disaring oleh ginjal.
Menurut ahli nefrologi dunia dan kontributor utama Brenner and Rector's The Kidney, Dr. Karl Skorecki, tubuh manusia tidak memiliki enzim untuk memecah asam jengkolat secara efisien. Zat ini dikeluarkan lewat urine dalam bentuk kristal, yang sangat tajam dan bisa melukai saluran kemih.
Bayangkan seperti pecahan kaca kecil yang lewat di saluran pipis, itulah mengapa kejengkolan bisa menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa.
Bagaimana Kejengkolan Bisa Terjadi?
Berikut ini proses terjadinya kejengkolan dalam tubuh:
- Kamu makan jengkol (apalagi kalau banyak dan dalam kondisi tubuh dehidrasi),
- Asam jengkolat masuk ke aliran darah dan disaring ginjal,
- Karena tidak larut, asam ini membentuk kristal padat di ginjal atau saluran kemih,
- Kristal ini menyumbat dan mengiritasi, menyebabkan nyeri, peradangan, hingga gagal buang air kecil.
Dr. Skorecki menjelaskan, Kristal jengkolat tidak hanya menyumbat saluran kemih, tapi juga bisa melukai jaringan ginjal. Jika dibiarkan, efeknya bisa serius dan bahkan permanen.
Siapa yang Paling Rentan Kejengkolan?
Tidak semua orang langsung kejengkolan setelah makan jengkol. Tapi ada beberapa kelompok yang lebih berisiko:
- Orang yang kurang minum air putih, apalagi setelah makan jengkol,
- Mereka yang makan jengkol dalam jumlah besar dalam sekali makan,
- Penderita riwayat batu ginjal atau masalah ginjal lainnya,
- Orang dengan gangguan metabolisme tertentu,
- Anak-anak dan lansia, karena fungsi ginjal mereka tidak sekuat orang dewasa sehat.
“Faktor dehidrasi adalah yang paling kritis. Ketika tubuh tidak cukup cairan, konsentrasi asam jengkolat meningkat, mempercepat pembentukan kristal,” tegas Dr. Skorecki.
Apakah Kejengkolan Bisa Sembuh Sendiri?
Kalau kejadiannya ringan dan kamu cepat tanggap, kejengkolan bisa sembuh tanpa komplikasi. Beberapa tindakan awal yang bisa kamu lakukan antara lain:
- Minum air putih banyak-banyak, untuk membantu melarutkan dan membuang kristal,
- Istirahat total, hindari aktivitas berat yang bisa memperparah nyeri,
- Kompres hangat di bagian bawah perut atau punggung.
Tapi kalau gejala makin parah—misalnya nyeri hebat, tidak bisa pipis, atau urine berdarah, segera ke dokter.
“Dalam kondisi sedang hingga berat, pasien bisa memerlukan rawat inap. Kadang perlu tindakan medis seperti kateterisasi, pemberian cairan intravena, bahkan pembedahan minor jika terjadi sumbatan total,”ungkap Dr. Skorecki.
Cara Mencegah Kejengkolan Biar Bisa Tetap Makan Jengkol
Tenang, kamu tidak harus berhenti makan jengkol selamanya. Tapi kamu harus tahu batasan dan cara aman menikmatinya:
Tips Aman Konsumsi Jengkol:
- Jangan berlebihan — cukup 4–6 biji kecil dalam sekali makan.
- Selalu rebus dan rendam jengkol sebelum dimasak, untuk mengurangi kadar asam jengkolat.
- Hindari makan jengkol saat perut kosong.
- Minum air putih minimal 2–3 liter sehari, terutama setelah makan jengkol.
- Kenali respons tubuh—kalau pernah kejengkolan, sebaiknya hindari total.
Dr. Skorecki menyarankan pendekatan moderasi dan edukasi.
“Jengkol bukan racun, tapi bisa memicu reaksi berbahaya jika dikonsumsi secara tidak bijak,” ujarnya.
Sayangnya, tidak ada obat khusus yang bisa mencegah kejengkolan secara efektif. Obat seperti allopurinol yang digunakan untuk asam urat tidak bekerja pada asam jengkolat.
“Pendekatan medis pada kejengkolan lebih pada penanganan gejalanya, bukan pencegahan lewat obat. Jadi, kuncinya tetap ada pada pola konsumsi dan hidrasi tubuh,” kata Dr. Skorecki.