Kebiasaan Sederhana yang Berbahaya, Rendam Sendok Aluminium Bisa Sebabkan Alzheimer hingga Masalah Pada Ginjal?
- Pixaby
Lifestyle –Bayangkan kamu sedang menyeduh teh hangat atau kopi pagi, lalu meninggalkan sendok aluminium terendam dalam gelas. Terlihat sangat biasa dan bahkan dilakukan hampir setiap hari, bukan?
Namun tahukah kamu bahwa kebiasaan kecil ini bisa berdampak besar bagi tubuh? Ya, sendok aluminium yang terkena air panas dapat melepaskan ion logam ke dalam minumanmu. Jika hal ini terjadi berulang, bisa menyebabkan akumulasi logam berat dalam tubuh.
Mengejutkannya, beberapa studi bahkan mengaitkan paparan aluminium dalam jangka panjang dengan penyakit Alzheimer dan gangguan pada ginjal. Apakah ini fakta atau sekadar ketakutan berlebihan? Mari kita bahas lebih dalam berdasarkan bukti ilmiah dan pendapat para ahli dunia.
Aluminium adalah logam ringan yang umum digunakan pada alat makan dan masak. Ia terkenal karena murah, tahan karat, dan mudah dibentuk. Tapi di balik kepraktisannya, aluminium bersifat reaktif terhadap panas dan zat asam.
Saat sendok aluminium direndam dalam air panas, apalagi dalam cairan asam seperti teh, kopi, atau air lemon, logam ini bisa melepas ion aluminium (Al³⁺) ke dalam minuman. Ion ini tak hanya mengubah rasa, tapi juga bisa diserap tubuh jika dikonsumsi.
Lebih berbahayanya lagi, jika permukaan sendok sudah tergores, mengelupas, atau aus, maka pelepasan ion akan lebih tinggi. Artinya, alat makan yang tampak usang justru bisa menjadi sumber paparan logam berat tanpa kita sadari.
Hubungan antara aluminium dan Alzheimer bukan hal baru. Sejak tahun 1970-an, para ilmuwan mulai meneliti kaitan antara paparan aluminium dan penyakit neurodegeneratif ini. Salah satu nama yang menonjol adalah Dr. Christopher Exley dari University of Keele, Inggris. Dalam beberapa penelitiannya, ia menemukan konsentrasi tinggi aluminium di otak pasien Alzheimer, khususnya pada bagian plak amyloid, yang merupakan ciri khas Alzheimer.
Temuan lainnya juga ditemukan pada studi di tahun 1996 oleh Mc Lachlan, yang menyatakan adanya peningkatan risiko Alzheimer pada individu yang terpapar aluminium dalam waktu lama. Selain itu artikel dalam jurnal Lancet Neurology mencatat hubungan antara akumulasi aluminium dan peradangan saraf otak.
Menurut Exley, meskipun belum semua peneliti sepakat, bahwa jumlah aluminium yang ditemukan di otak penderita Alzheimer terlalu besar untuk diabaikan begitu saja.
Namun, penting juga diketahui bahwa tidak semua ahli setuju aluminium adalah penyebab langsung Alzheimer. Beberapa badan kesehatan dunia seperti FDA (Amerika) dan EFSA (Eropa) menyebut bahwa bukti yang ada masih belum cukup kuat untuk menyimpulkan hubungan kausal (sebab-akibat) secara langsung.
Mereka menyarankan untuk membatasi paparan, tetapi belum ada regulasi pelarangan alat makan aluminium. Dengan kata lain, aluminium mungkin bukan ‘penyebab utama’, tapi bisa menjadi faktor pendukung ketika dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang.
Bagaimana Aluminium Masuk ke Dalam Tubuh Kita?
Paparan aluminium bisa datang dari berbagai sumber:
- Peralatan Makan dan Masak
Seperti sendok, panci, loyang, atau foil aluminium. Paparan meningkat jika dipakai untuk makanan panas atau asam.
- Air Minum
Beberapa sistem distribusi air menggunakan pipa atau filter berbahan aluminium.
- Obat-obatan
Beberapa antasida dan vaksin mengandung senyawa aluminium sebagai bahan tambahan.
- Kosmetik dan Deodoran
Produk antiperspiran biasanya mengandung aluminium klorida.
Masalahnya, tubuh manusia tidak punya sistem efisien untuk mengeluarkan aluminium. Sebagian kecil akan disaring oleh ginjal dan dikeluarkan lewat urin, tapi sisanya bisa menumpuk di jaringan tubuh, terutama di otak dan tulang.
Efek Aluminium pada Otak dan Sistem Saraf
Studi menunjukkan bahwa aluminium yang masuk ke tubuh dapat menembus blood-brain barrier, yaitu lapisan pelindung yang menyaring zat asing sebelum mencapai otak.
Begitu masuk, ion aluminium bisa memicu:
- Stres oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di otak.
- Peradangan jaringan saraf yang dapat merusak koneksi antar neuron.
- Penurunan fungsi kognitif seperti ingatan, logika, dan konsentrasi.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit otak seperti Alzheimer dan Parkinson.
Dampak Aluminium pada Ginjal
Selain otak, ginjal adalah organ yang paling bekerja keras menyaring logam berat dari tubuh. Sayangnya, aluminium termasuk logam yang sulit disaring, apalagi jika ginjal sudah tidak berfungsi maksimal (misalnya pada penderita gangguan ginjal kronis atau lansia).
Dampak paparan aluminium terhadap ginjal:
- Beban kerja ginjal meningkat
- Risiko kerusakan fungsi filtrasi
- Akumulasi aluminium yang makin parah
- Munculnya gejala seperti mual, lelah, atau nyeri otot akibat toksisitas
Dr. Robert Lukiw dari LSU Neuroscience Center yang meneliti efek aluminium pada ekspresi gen dan sistem saraf. Ia menyebut paparan jangka panjang bisa mempercepat neuroinflamasi.
Namun demikian, kamu nggak perlu langsung buang semua peralatan aluminium di rumah. Tapi, mulai sekarang, lebih baik berhati-hati dan bijak. Karena efek logam berat ini bersifat akumulatif, bukan instan. Berikut beberapa tips sederhana agar lebih aman:
- Jangan biarkan sendok aluminium terendam dalam minuman panas terlalu lama
- Ganti alat makan aluminium dengan stainless steel, kayu, atau silikon
- Hindari menyimpan makanan asam atau pedas dalam wadah aluminium
- Perbanyak konsumsi makanan antioksidan seperti buah dan sayur
- Minum air putih cukup untuk bantu kerja ginjal
- Periksa kondisi alat makan—jika sudah tergores, lebih baik diganti
Mungkin selama ini kamu tidak menyangka bahwa sebuah sendok bisa punya hubungan dengan penyakit otak. Tapi dunia kesehatan terus berkembang, dan kini kita tahu bahwa hal-hal kecil bisa berdampak besar, terutama jika dilakukan terus-menerus.
Meski belum terbukti sebagai penyebab utama Alzheimer, paparan aluminium dari kebiasaan seperti merendam sendok dalam air panas bisa menjadi “bom waktu”, apalagi jika dikombinasikan dengan sumber logam berat lainnya.
Jadi, mulai sekarang, yuk lebih cermat memilih alat makan dan ubah kebiasaan kecil yang berpotensi mengancam kesehatan. Karena menjaga otak dan ginjal bukan soal obat, tapi soal kebiasaan sehari-hari.