Ngorok Bisa Sebabkan Stroke? Ini Penjelasan dari Ahli Medis
- Freepik
Lifestyle –Ngorok atau mendengkur saat tidur sering kali dianggap hal biasa, bahkan jadi bahan bercanda di antara pasangan. Namun tahukah kamu, bahwa ngorok bisa menjadi tanda dari kondisi medis yang serius? Dalam banyak kasus, ngorok menjadi gejala awal dari Obstructive Sleep Apnea (OSA), gangguan pernapasan saat tidur yang diam-diam dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Menurut data dari American Academy of Sleep Medicine, lebih dari 25 juta orang dewasa di Amerika Serikat menderita OSA, dan banyak yang tidak menyadarinya. Salah satu pakar sleep medicine terkemuka dari University of California San Diego, Dr. Atul Malhotra menyebut bahwa ngorok adalah alarm dini bahwa saluran napas terganggu. Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti tekanan darah tinggi dan stroke.
Jadi, yuk kita pahami lebih dalam bagaimana ngorok bisa berkaitan langsung dengan risiko stroke, serta bagaimana cara mendeteksinya lebih awal.
Pertama mari kita pahmi apa itu ngorok. Ngorok adalah suara getaran yang muncul saat udara mengalir melalui jaringan saluran napas yang menyempit atau terhalang saat tidur. Semakin besar hambatannya, semakin keras suara ngorok yang terdengar.
Namun tidak semua ngorok sama. Ada ngorok yang sifatnya ringan dan tidak berbahaya, tapi ada pula yang menjadi gejala dari sleep apnea, terutama Obstructive Sleep Apnea (OSA), di mana napas berhenti sesaat secara berulang kali sepanjang malam.
Lantas apa itu sleep apnea? Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan berhenti dan mulai kembali berulang kali. Ini bisa terjadi karena otot tenggorokan terlalu rileks hingga menutup saluran napas.
Gejala utama sleep apnea antara lain ngorok keras, terhentinya napas saat tidur (biasanya diketahui pasangan), terbangun mendadak dengan napas terengah. Selain itu, sering mengalami sakit kepala di pagi hari, rasa lelah berlebihan di siang hari hingga sulit konsentrasi
Menurut peneliti dan pakar sleep medicine dari University of Missouri, Dr. David Gozal sleep apnea bukan sekadar gangguan tidur, tetapi penyakit sistemik yang bisa merusak otak, jantung, dan pembuluh darah.
Penelitian dari Harvard Medical School menemukan bahwa orang dengan sleep apnea berat memiliki risiko stroke 2–3 kali lebih tinggi dibanding mereka yang tidak ngorok atau tidak memiliki sleep apnea.
Studi lain dari Sleep Heart Health Study, yang melibatkan lebih dari 5.000 partisipan, juga menyimpulkan bahwa tingkat keparahan OSA sangat berkorelasi dengan kejadian stroke dan gangguan jantung.
Bagaimana Ngorok dan Sleep Apnea Bisa Menyebabkan Stroke?
Untuk memahami bagaimana ngorok bisa meningkatkan risiko stroke, kita harus melihat bagaimana otak, jantung, dan saluran pernapasan bekerja dalam harmoni saat tidur. Saat kamu bernapas dengan lancar, otak menerima aliran oksigen yang stabil—ini vital untuk fungsi saraf, regulasi tekanan darah, dan kestabilan ritme jantung. Namun saat saluran napas tersumbat akibat sleep apnea, semua sistem ini terganggu.
Setiap kali seseorang berhenti bernapas saat tidur (yang bisa terjadi ratusan kali dalam satu malam pada kasus sleep apnea berat), tubuh merespons dengan "mode panik." Sistem saraf simpatik, yang biasanya tenang saat tidur mendadak aktif seperti sedang menghadapi ancaman serius.
Menurut profesor kardiologi dari Mayo Clinic, Dr. Virend Somers sleep apnea menciptakan lonjakan tekanan darah mendadak saat tidur. Ini terjadi berulang-ulang dan membuat sistem kardiovaskular kita dalam kondisi waspada terus-menerus, bahkan saat seharusnya beristirahat.
Lonjakan Tekanan Darah dan Peradangan Otak
Setiap episode apnea membuat kadar oksigen dalam darah turun secara drastis. Sebagai kompensasi, otak melepaskan sinyal ke tubuh untuk mempercepat detak jantung dan mempersempit pembuluh darah agar oksigen bisa segera dipenuhi. Tapi jika ini terjadi sepanjang malam, hampir setiap malam, maka pembuluh darah lama-lama mengalami kelelahan, iritasi kronis, dan peradangan.
Ahli neurologi dari University of Texas, Prof. Sudha Seshadri menjelaskan bahwa perubahan kadar oksigen yang tiba-tiba menyebabkan stres oksidatif dan peradangan pada pembuluh darah di otak. Jika pembuluh ini pecah atau tersumbat, maka terjadilah stroke.
Gangguan Irama Jantung dan Emboli
Sleep apnea juga memicu aritmia atau gangguan irama jantung. Salah satu bentuknya adalah fibrilasi atrium, di mana ruang atas jantung bergetar tidak teratur, sehingga memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika bekuan darah ini pecah dan mengalir ke otak, maka stroke iskemik bisa terjadi dalam hitungan detik.
Dr. Meir Kryger dari Yale University menambahkan, bahwa gangguan tidur kronis seperti apnea tidak hanya merusak sistem napas, tapi juga secara langsung berhubungan dengan peningkatan kejadian fibrilasi atrium, salah satu penyebab utama stroke embolik.
Dampak Langsung pada Otak
Sleep apnea juga mengganggu sistem pembuangan racun di otak, yang dikenal sebagai sistem glimpatik. Sistem ini bekerja aktif saat tidur nyenyak untuk membersihkan protein beracun seperti beta-amyloid (yang terkait Alzheimer) dan racun lainnya. Kurangnya tidur dalam akibat apnea menyebabkan akumulasi racun ini, serta menyulitkan otak menjaga keseimbangan elektrolit dan neurotransmitter.
Penelitian oleh University of Oxford bahkan menemukan bahwa pasien dengan OSA yang tidak ditangani memiliki penyusutan volume otak di area penting untuk memori dan emosi, serta kerusakan pembuluh darah mikro yang memperbesar risiko stroke diam-diam (silent stroke).
Singkatnya, Berikut Jalur “Ngorok → Sleep Apnea → Stroke”:
- Ngorok keras dan sering menandakan kemungkinan apnea.
- Sleep apnea menyebabkan gangguan aliran oksigen ke otak.
- Tubuh merespons dengan stres berlebihan: tekanan darah naik, jantung berdetak lebih cepat.
- Terjadi peradangan kronis dan kerusakan pembuluh darah otak.
- Risiko stroke iskemik atau hemoragik meningkat secara signifikan.
Siapa yang Paling Rentan?
Menurut para ahli, ada beberapa faktor risiko seseorang lebih mudah mengalami ngorok yang berbahaya:
- Pria, terutama usia di atas 40 tahun
- Orang dengan obesitas atau leher yang besar
- Perokok dan peminum alkohol
- Penderita hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi
- Riwayat keluarga dengan OSA atau stroke
Tapi jangan salah, wanita pun bisa mengalami sleep apnea, terutama setelah menopause. Struktur rahang dan anatomi saluran napas juga mempengaruhi risiko.
Sekarang kita tahu bahwa ngorok bukan hanya suara mengganggu di malam hari, tetapi bisa menjadi alarm tubuh yang memperingatkan adanya gangguan serius. Sleep apnea sebagai penyebab utama ngorok kronis telah terbukti secara ilmiah meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, bahkan kematian mendadak.
Dengan mengenali gejala sejak dini, berkonsultasi dengan dokter, dan menerapkan perubahan gaya hidup, kamu bisa mencegah konsekuensi fatal yang mengintai dalam diam.
Ingat, tidur yang sehat bukan soal kuantitas, tapi kualitas dan ngorok bisa jadi sinyal bahwa tidurmu tidak lagi berkualitas.