Benarkah Luka Bisa Menjadi Jalan Masuk Penularan HIV? Ini Penjelasan Medisnya
- Freepik
Lifestyle –Selama ini, kita mungkin hanya tahu bahwa HIV ditularkan melalui hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah, atau penggunaan jarum suntik bersama. Namun, bagaimana jika seseorang memiliki luka terbuka dan luka itu terkena darah atau cairan tubuh dari orang dengan HIV? Apakah risiko tertular benar-benar ada?
Pertanyaan ini sering muncul di masyarakat, terutama ketika seseorang mengalami kecelakaan kecil lalu tanpa sengaja bersentuhan dengan darah orang lain. Tak jarang juga tenaga medis yang harus menangani pasien HIV mengalami rasa cemas bila terluka saat bekerja. Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bagaimana sebenarnya virus HIV bisa berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain.
Pertama mari bahas, HIV. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 yang berperan penting dalam melawan infeksi. Saat jumlah sel CD4 menurun drastis, tubuh menjadi rentan terhadap berbagai penyakit serius. Inilah yang kemudian berkembang menjadi kondisi yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
HIV hanya bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu dari orang yang terinfeksi, yaitu darah, air mani, cairan vagina, cairan rektal, dan ASI. Virus ini tidak menyebar lewat air liur, keringat, atau sentuhan biasa.
Lantas bagaimana dengan luka? Apakah luka bisa menjadi jalur masuk HIV? Jawabannya adalah bisa, tetapi dengan sejumlah syarat yang cukup spesifik. Luka terbuka bisa menjadi 'pintu masuk' bagi HIV hanya jika luka tersebut terpapar cairan tubuh dari penderita HIV. Virus akan masuk melalui pembuluh darah kecil di area luka dan menyebar ke seluruh tubuh jika kondisi mendukung.
Seksolog dari Amerika Serikat, Dr. John Krieger menjelaskan bahwa meskipun secara teknis mungkin, risiko penularan HIV melalui luka sangat tergantung pada beberapa faktor. Mulai dari luka yang basah, dalam, dan segar lebih berisiko jika terkena darah atau cairan tubuh orang yang memiliki viral load tinggi, katanya dalam wawancara dengan HealthLine.
Namun, penting juga untuk dipahami bahwa kulit manusia secara alami merupakan pelindung yang sangat efektif terhadap virus, termasuk HIV. Jika kulit tidak rusak, maka tidak ada risiko penularan meskipun terkena darah orang yang terinfeksi.