Kenapa Kita Merasa Orang Baik Sering Meninggal Lebih Dulu? Ini Jawaban Sainsnya
- Pixaby
Di India, ajaran Hindu menyebutkan bahwa jiwa yang paling murni akan kembali lebih cepat ke sang pencipta. Dalam kepercayaan Buddha, kematian orang baik dianggap sebagai bentuk reinkarnasi yang siap naik tingkat.
Fungsi Sosial: Membantu Kita Menerima Kehilangan
Kepercayaan ini ternyata punya fungsi sosial penting. Ketika ada orang baik meninggal, menyalahkan takdir atau hidup bisa membuat duka makin berat. Maka narasi seperti 'dia sudah selesai tugasnya' membantu kita berdamai dan menemukan makna dari kehilangan.
Sosiolog dari Harvard, Prof. Michael Puett, menyebut ini sebagai narrative sense-making, yaitu cara manusia menciptakan makna atas kejadian yang tidak bisa dikontrol.
Sementara itu, ahli memori terkemuka dari University of California, Dr. Elizabeth Loftus menyebutkan bahwa ingatan manusia sangat dipengaruhi emosi dan konteks sosial. Saat seseorang yang baik meninggal, otak membingkai ingatan itu secara khusus, lebih dramatis, lebih bermakna. Di sisi lain, dokter sekaligus pengajar di Harvard Medical School, Dr. Atul Gawande menulis bahwa kematian adalah cermin dari bagaimana kita menghargai hidup. Menurutnya, kita merasa orang baik pergi lebih cepat bukan karena usia mereka, tapi karena kita tidak pernah siap kehilangan mereka.
Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa mungkin kita merasa orang baik cepat pergi bukan karena hidup mereka singkat, tapi karena kita terlalu lambat menghargai mereka. Kita baru menyadari pentingnya seseorang ketika mereka sudah tidak ada. Kebaikan mereka jadi lebih terasa justru setelah kehilangan itu datang.
Meskipun kita tidak bisa mengatur waktu kematian, kita bisa memilih bagaimana hidup. Mungkin narasi 'orang baik pergi duluan' seharusnya bukan sekadar kesedihan, tapi juga pengingat untuk