5 Kesalahan Keuangan Sepele yang Sering Dilakukan Anak Muda, Nomor 2 Paling Sering

Ilustrasi dompet kosong
Sumber :
  • Freepik

LifestyleGen Z dan Milenial, menghadapi tantangan keuangan yang unik akibat gaya hidup digital dan akses mudah ke layanan seperti Buy Now Pay Later (BNPL). Kalangan anak muda ini menunjukkan kecenderungan pengelolaan keuangan yang kurang bijak dengan mengulang kesalahan keuangan sepele.

7 Dana yang Perlu Disiapkan Gen Z saat Menganggur

Kesalahan ini dapat membuat dompet tipis dan cita-cita mencapai financial freedom hanya menjadi angan-angan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menyadari jebakan finansial supaya anak muda dapat membangun kebiasaan finansial yang sehat untuk meraih stabilitas keuangan di tengah dinamika ekonomi.

Berikut adalah panduan informatif untuk membantu generasi muda mengatur keuangan dengan lebih baik dan mendekati tujuan financial freedom.

5 Kesalahan Keuangan Anak Muda dan Solusinya

Biar Gak Jadi Pengangguran Lama-Lama, Ini 9 Strategi Melamar Kerja untuk Gen Z

Berikut adalah lima kesalahan keuangan yang sering dilakukan anak muda beserta solusi untuk mengatasinya:

1. Menumpuk Utang Konsumtif melalui BNPL

Banyak anak muda menggunakan BNPL yang disediakan berbagai platform digital untuk membeli barang non-esensial seperti fesyen atau gadget. Mirisnya, banyak anak muda pengguna BNPL terlambat membayar sehingga berotensi  merusak kredit score dan memicu denda hingga 5 persen per hari. 

Lulusan Baru Banyak yang Menganggur, Ini Kunci agar Gen Z Tetap Dilirik Perusahaan

Oleh karena itu, batasi cicilan BNPL maksimal 20 persen dari pendapatan bulanan. Pastinya hanya digunakan untuk kebutuhan produktif, seperti peralatan kerja. Prioritaskan pelunasan utang dengan metode debt avalanche untuk mengurangi beban bunga.

2. Belanja Impulsif Akibat Tren Media Sosial

Iklan di Instagram dan TikTok sering mendorong pembelian impulsif, seperti produk fesyen atau makanan kekinian. Kebiasaan belanja tanpa sadar ini diproyeksi dapat menghabiskan hingga 40 persen anggaran bulanan.

Terapkan aturan “tunda 72 jam” sebelum membeli barang non-esensial untuk memastikan kebutuhan nyata. Gunakan aplikasi budgeting yang dapat membantu Anda melacak pengeluaran dan menetapkan batas harian, misalnya Rp50 ribu untuk makanan ringan.

3. Tidak Memiliki Dana Darurat

Sebagian anak muda tidak memiliki dana darurat sehingga membuat mereka rentan terhadap ‘kejutan’ finansial seperti kehilangan pekerjaan. Tanpa dana darurat, banyak yang terpaksa berutang saat menghadapi keadaan darurat.

Dana darurat merupakan hal penting dalam fondasi keuangan yang berguna sebagai bumper jika terjadi kondisi tidak terduga. Perlahan tapi pasti, sisihkan 10-20 persen pendapatan untuk dana darurat sehingga nantinya mencapai 3-6 bulan pengeluaran.

4. Mengabaikan Investasi Jangka Panjang

Banyak anak muda enggan berinvestasi karena merasa modal terlalu kecil atau takut rugi. Padahal, investasi kecil seperti reksadana dapat menghasilkan bunga majemuk yang signifikan. Menurut Bareksa, reksadana pasar uang menawarkan imbal hasil 5-7% per tahun.

Solusi: Mulai investasi dengan modal Rp10 ribu melalui platform seperti Ajaib atau Bibit. Sisihkan Rp500 ribu per bulan untuk reksadana, yang bisa tumbuh menjadi Rp6,3-6,7 juta dalam setahun. Pelajari profil risiko untuk memilih produk yang sesuai.

5. Kurang Memahami Kewajiban Pajak

Banyak anak muda yang berprofesi sebagai pekerja lepas (freelancer) mengabaikan pelaporan pajak yang berpotensi menyebabkan denda. Kesalahan umum ini dapat terjadi karena  kurangnya literasi membuat banyak yang tidak memanfaatkannya.

Untuk freelancer dengan penghasilan Rp60 juta per tahun disarankan untuk melakukan lapor pajak tahunan secara mandiri. Ini guna menghindari denda Rp100 ribu per laporan.

Kesalahan yang dianggap sepele atau sengaja diabaikan justru menghambat anak muda mencapai financial freedom. Mulailah dengan disiplin kecil dengan mengalokasikan beberapa persen dari pendapatan untuk tabungan dan dana darurat serta terus meningkatkan literasi keuangan guna meraih cita-cita  financial freedom menjadi kenyataan, bukan sekadar angan-angan.