Motivasi Senin Tanpa Toxic Positivity: Hadapi Hari Sulit dengan Cara Realistis dan Sehat
- Freepik
Lifestyle –Setiap hari Senin, linimasa media sosial dibanjiri kutipan-kutipan positif yang menyuruh kita untuk “tersenyum” atau “bersyukur” — bahkan saat kita merasa lelah, cemas, atau jenuh. Meskipun niatnya baik, pendekatan semacam ini sering kali mengabaikan kenyataan bahwa tidak semua orang bisa langsung merasa bahagia atau bersemangat hanya karena membaca satu kalimat manis. Inilah yang disebut dengan toxic positivity: dorongan untuk selalu berpikir positif bahkan saat kenyataan sedang sulit.
Alih-alih membantu, toxic positivity bisa membuat kita merasa bersalah karena memiliki emosi negatif. Padahal, mengakui bahwa hari Senin bisa jadi berat adalah bentuk kejujuran emosional yang penting. Artikel ini akan membahas bagaimana kita bisa memotivasi diri secara sehat dan realistis, tanpa menyangkal kenyataan hidup. Kamu akan belajar teknik "reframing" atau membingkai ulang pikiran negatif, serta contoh kalimat yang membangun tanpa mengabaikan realita.
Ada beberapa dampak dari toxic postivity yang berpengaruh pada kesehatan mental, apa saja? Berikut ulasannya!
Menekan Emosi Alami
Perasaan seperti lelah, marah, atau cemas adalah respons normal terhadap tekanan hidup. Menyuruh seseorang untuk "selalu berpikir positif" bisa membuat mereka merasa bersalah karena merasakan hal-hal yang manusiawi.
Mengabaikan Realita
Kalimat seperti “semua akan baik-baik saja” atau “jangan sedih, banyak yang lebih susah dari kamu” justru meminimalkan pengalaman seseorang. Ini membuat mereka merasa tidak divalidasi.
Memicu Rasa Kesepian
Orang yang merasa dipaksa untuk selalu positif akhirnya menarik diri karena takut dianggap negatif atau lemah ketika menyuarakan keluhannya.