Makan Sesuai DNA: Bagaimana Analisis DNA Nutrigenomic Mengubah Cara Kita Diet dan Hidup Sehat

Ilustrasi Makanan Diet
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa diet yang berhasil untuk orang lain justru tidak memberikan hasil apa pun untukmu? Atau kenapa kamu merasa lesu setelah mengonsumsi makanan tertentu, meski menurut rekomendasi umum makanan itu sehat? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa jadi tersembunyi dalam struktur DNA-mu sendiri. Inilah yang menjadi dasar munculnya pendekatan baru dalam dunia nutrisi: analisis DNA nutrigenomic.

Nutrigenomik adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara gen dan nutrisi. Dengan kata lain, bagaimana gen kita memengaruhi respons tubuh terhadap makanan tertentu. Teknologi ini menawarkan pemahaman personal tentang kebutuhan tubuh masing-masing individu—bukan sekadar berdasarkan usia, berat badan, atau tren diet terbaru, melainkan dari dasar biologis yang paling mendalam: DNA.

Dengan melakukan analisis DNA nutrigenomic, seseorang bisa mengetahui bagaimana tubuhnya memproses makronutrien seperti lemak, karbohidrat, dan protein. Bahkan, tes ini bisa memberikan gambaran tentang sensitivitas terhadap kafein, alkohol, garam, serta risiko kekurangan vitamin tertentu seperti B12, D, atau asam folat. Ini berarti kamu bisa mengetahui apakah tubuhmu lebih cocok dengan diet tinggi protein, rendah lemak, atau sebaliknya.

Proses analisis ini dimulai dengan pengambilan sampel DNA, biasanya melalui air liur. Sampel kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan metabolisme, detoksifikasi, peradangan, dan respons tubuh terhadap zat-zat tertentu. Hasilnya adalah laporan personal yang menjelaskan potensi genetikmu dalam mencerna dan merespons makanan.

Salah satu contoh aplikasinya adalah dalam manajemen berat badan. Beberapa orang memiliki gen yang membuat mereka cenderung menyimpan lemak lebih mudah ketika mengonsumsi karbohidrat berlebih. Sementara yang lain, justru lebih rentan terhadap peningkatan berat badan saat mengonsumsi lemak jenuh. Tanpa informasi ini, banyak orang mengikuti diet yang salah arah, hanya berdasarkan asumsi umum, bukan kebutuhan biologis mereka sendiri.

Selain itu, nutrigenomik juga memberi wawasan tentang kemampuan tubuh dalam mengelola stres oksidatif—suatu kondisi yang berperan besar dalam penuaan dan berbagai penyakit kronis. Dengan mengetahui potensi risiko genetik ini, seseorang dapat mengoptimalkan asupan antioksidan melalui makanan atau suplemen yang sesuai.

Yang membuat analisis DNA nutrigenomic semakin menarik adalah kemampuannya memberikan pendekatan preventif. Misalnya, jika tes menunjukkan bahwa tubuhmu berisiko kekurangan vitamin D karena variasi gen tertentu, kamu bisa mulai mengatur pola makan atau suplementasi jauh sebelum gejala muncul. Hal ini berbeda dari pendekatan medis konvensional yang biasanya bersifat reaktif—baru bertindak setelah masalah muncul.