"Makanan yang Cocok untuk Gen Tubuh: Apakah Kamu Sudah Makan Sesuai Cetak Biru Genetikmu?

Ilustrasi Makanan Sehat
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Pernah merasa heran mengapa diet yang berhasil untuk temanmu justru membuat berat badanmu naik? Atau kamu merasa lesu setelah makan makanan yang katanya sehat? Rahasianya bisa jadi ada di dalam DNA-mu. Kini, sains dan nutrisi bertemu dalam sebuah cabang ilmu yang menjanjikan pendekatan personal terhadap makanan: nutrigenomik. Di sinilah konsep "makanan yang cocok untuk gen tubuh" mulai mengambil peran penting dalam dunia diet dan gaya hidup sehat.

Nutrigenomik mempelajari bagaimana gen kita memengaruhi respon tubuh terhadap makanan. Artinya, tubuh masing-masing orang memiliki cara unik dalam mencerna, menyerap, dan memanfaatkan nutrisi. Dengan memahami susunan genetik, kita bisa menentukan makanan mana yang benar-benar mendukung kesehatan dan mana yang sebaiknya dihindari, meskipun secara umum makanan itu dianggap sehat. Konsep ini membawa kita keluar dari pendekatan satu-diet-untuk-semua dan membuka jalan menuju pola makan yang benar-benar personal.

Proses untuk mengetahui makanan yang cocok dengan gen tubuh dimulai dari tes DNA sederhana. Biasanya cukup dengan sampel air liur yang kemudian dianalisis di laboratorium. Dari hasil analisis tersebut, akan terlihat informasi genetik mengenai metabolisme, sensitivitas makanan, risiko kekurangan nutrisi, dan banyak aspek lain yang memengaruhi cara tubuh merespons makanan. Misalnya, ada gen yang membuat seseorang lebih cepat menyerap lemak, sedangkan orang lain mungkin cenderung menumpuk lemak jika mengonsumsi jenis makanan tertentu.

Salah satu hasil yang sering ditemukan dari tes ini adalah intoleransi terhadap laktosa atau gluten yang tidak disadari. Seseorang mungkin merasa sering kembung, lemas, atau mengalami masalah pencernaan tanpa tahu bahwa hal itu disebabkan oleh makanan yang tidak cocok dengan genetik tubuhnya. Dengan data nutrigenomik, pola makan bisa disesuaikan agar tubuh bekerja lebih optimal tanpa harus menebak-nebak penyebab masalah kesehatan.

Contoh lainnya adalah kebutuhan vitamin dan mineral yang berbeda pada setiap orang. Misalnya, ada orang yang secara genetik cenderung kekurangan vitamin D meski tinggal di daerah dengan paparan sinar matahari tinggi. Ada juga yang memiliki metabolisme kafein lambat sehingga secangkir kopi di sore hari bisa membuat mereka sulit tidur semalaman. Mengetahui hal-hal seperti ini bisa membantu dalam memilih jenis dan waktu konsumsi makanan maupun minuman.

Tidak hanya tentang apa yang kita makan, tapi juga kapan dan seberapa banyak. Beberapa orang memiliki gen yang mendukung metabolisme karbohidrat di pagi hari, namun tidak cocok mengonsumsinya pada malam hari. Ada juga yang lebih baik mengonsumsi makanan tinggi protein untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari. Semua ini bisa diketahui dari peta genetik yang menggambarkan bagaimana tubuh kita dirancang bekerja.

Yang menarik, pendekatan ini juga bisa membantu dalam menurunkan berat badan secara lebih efisien. Banyak orang merasa frustrasi karena sudah mencoba berbagai jenis diet namun tidak kunjung berhasil. Padahal, bisa jadi mereka hanya belum menemukan kombinasi makanan yang sesuai dengan kebutuhan genetik mereka. Dengan mengikuti pola makan berbasis DNA, diet bisa menjadi lebih terarah dan hasilnya lebih nyata.