Kisah Van Steyn Penemu Kadal Purba Komodo 1910
- Jo Kenaru/ NTT
Varanus Komodo, sang kadal terbesar di dunia, memang memesona. Jantan dapat mencapai panjang 3 meter dengan berat 100 kg, sementara betina sekitar 2,4 meter dan 40 kg. Ukuran ini bervariasi tergantung ketersediaan mangsa di pulau tempat mereka tinggal, dengan pulau besar cenderung memiliki individu yang lebih besar.
Secara alami, populasi Komodo mengalami fluktuasi sesuai ketersediaan mangsa. Namun, data terkini dari BTNK, menunjukkan tren positif dalam enam tahun terakhir (2018-2024).
Populasi di kawasan TNK tercatat meningkat dari 2.897 ekor pada 2018, menjadi 3.022 (2019), 3.163 (2020), dan mencapai puncak 3.303 ekor pada 2021. Meskipun terjadi penurunan sekitar 100 ekor menjadi 3.156 ekor pada 2022 akibat penurunan populasi mangsa terkait tingginya populasi tahun sebelumnya, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dan menunjukkan ketahanan populasi.
Memang terjadi sedikit penurunan dalam jumlah individu dari tahun 2023 ke 2024. Berdasarkan laporan dari Balai TNK, jumlah populasi Komodo tahun 2023 sebanyak 3.396 ekor, dan tahun 2024 sebanyak 3.270 ekor.
Stabilitas populasi Komodo di Taman Nasional Komodo tetap menjadi perhatian utama bagi para konservasionis dan pemerintah.
J.K.H. Van Steyn mungkin hanya seorang yang terdampar, tetapi ketidaksengajaannya itu telah menghadirkan harta karun evolusi bagi dunia. Melalui penemuannya, ia tidak hanya memperkaya sains, tetapi juga memicu perjalanan panjang konservasi yang melahirkan Taman Nasional Komodo, warisan alam Indonesia yang diakui dan dikagumi secara global. Dunia patut berterima kasih pada sang penemu dari Belanda ini.
Laporan Jo Kenaru/ NTT