Waspada Penipuan: Cara Menghindari Jebakan Wisatawan dan Menjamin Perjalanan Aman
- Pexels
Ciri-ciri: Harga yang jauh di bawah harga pasar wajar, tekanan untuk segera melakukan pembayaran (promo kilat/kursi terbatas), dan permintaan pembayaran ditransfer ke rekening pribadi, bukan rekening atas nama perusahaan yang legal.
Dampak: Kehilangan uang muka atau pembayaran penuh tanpa mendapatkan layanan yang dijanjikan (paket fiktif) atau layanan yang jauh di bawah standar.
2. Tiket dan Reservasi Palsu (Akomodasi & Atraksi)
Penipu menjual tiket pesawat, voucher hotel, atau tiket masuk objek wisata dengan harga miring. Korban baru menyadari tiketnya palsu atau reservasi tidak terdaftar dalam sistem ketika tiba di bandara, hotel, atau loket masuk. Modus lain adalah iklan penyewaan akomodasi, seperti vila atau apartemen, dengan foto-foto curian yang sangat menarik. Setelah uang ditransfer, kontak penipu hilang dan properti yang dijanjikan ternyata tidak ada.
3. Penipuan Transportasi (Taksi dan Sewa Mobil)
Modus ini sangat umum di kawasan wisata yang ramai. Penipu berperan sebagai sopir taksi ilegal yang menolak menggunakan argo meteran, atau menggunakan argo yang dimanipulasi untuk mengenakan tarif jauh lebih mahal (disebut taxi overcharge). Selain itu, ada juga kasus sopir yang mengklaim hotel tujuan sedang tutup dan mengarahkan korban ke hotel lain yang bekerja sama dengannya untuk mendapatkan komisi. Untuk penyewaan kendaraan, penipu mungkin menuduh penyewa merusak kendaraan (padahal kerusakan sudah ada sebelumnya) dan memaksa pembayaran perbaikan yang sangat mahal.