Indonesia Dinobatkan Jadi Negara Paling Dermawan, Kebiasaan Masyarakat Ini Penyebabnya
- Pexels
Banyak yang menganggap filantropi sebagai aktivitas eksklusif yang hanya dilakukan oleh individu atau kelompok dengan sumber daya besar. Namun, di Indonesia, filantropi justru merupakan cerminan dari kearifan lokal yang inklusif, di mana setiap orang, tanpa memandang latar belakang, dapat berkontribusi melalui tenaga, waktu, atau keterampilan.
Tantangan utama dalam menjaga semangat filantropi adalah memastikan tata kelola yang baik, akuntabilitas, dan transparansi. FIFEST 2025 hadir sebagai pengingat penting bahwa saatnya kita “menemukan kembali” budaya filantropi sebagai bagian dari identitas nasional dan modal sosial. Bukan hanya dengan cara lama, tetapi melalui cara baru yang lebih strategis, partisipatif, dan berdampak luas.
Menyatukan pendekatan tradisional dan modern adalah langkah penting untuk membumikan kembali filantropi dalam konteks kekinian. Pekan Filantropi FIFEST 2025 resmi digelar sebagai ruang kolaborasi dan dialog terbuka lintas sektor untuk membangun budaya dan ekosistem filantropi yang lebih kuat, inklusif, dan berdampak. Mengusung tema “Budaya dan Ekosistem Filantropi untuk Dampak yang Lebih Baik: Membuka Potensi Filantropi untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Agenda Iklim,” FIFEST 2025 menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan sektor filantropi dalam menjawab tantangan global.
Di era digital, filantropi juga menemukan wajah baru melalui platform online. Kampanye penggalangan dana melalui media sosial atau aplikasi donasi memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam aksi filantropi dengan lebih mudah. Misalnya, kampanye online untuk membantu korban bencana atau mendukung pendidikan anak-anak di daerah terpencil telah menjangkau audiens yang lebih luas, memperkuat semangat gotong royong dalam ranah digital.