Culture Shock Tinggal di Jakarta, Pendatang Harus Kuat Mental
- Thamrinnine.com
Lifestyle –Jakarta adalah pusat aktivitas yang dinamis dengan perpaduan budaya, ekonomi, dan gaya hidup metropolitan yang unik. Bagi pendatang, baik dari daerah lain di Indonesia maupun luar negeri, tinggal di Jakarta sering kali membawa pengalaman culture shock yang signifikan.
Dari ritme kehidupan yang serba cepat, kemacetan lalu lintas yang legendaris, hingga keragaman sosial yang kompleks, kota ini menuntut adaptasi dan ketahanan mental yang kuat.
Berikut adalah berbagai aspek culture shock yang mungkin dihadapi pendatang di Jakarta.
Ritme Hidup yang Serba Cepat
Salah satu culture shock terbesar bagi pendatang adalah kecepatan hidup di Jakarta. Dengan populasi lebih dari 10,5 juta jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta pada 2023, Jakarta adalah salah satu kota terpadat di dunia.
Warga Jakarta, atau yang sering disebut “warga urban”, terbiasa bergerak cepat di tempat umum, seperti stasiun KRL, halte TransJakarta, atau trotoar di kawasan Sudirman-Thamrin. Pendatang dari daerah dengan ritme lebih santai, seperti Yogyakarta atau Bali, mungkin merasa kewalahan dengan langkah cepat pejalan kaki atau antrean yang bergerak gesit.
Misalnya, di stasiun besar seperti Manggarai, penumpang harus sigap naik-turun kereta agar tidak tertinggal. Budaya ini didorong oleh tuntutan produktivitas di kota yang menjadi pusat bisnis dan pemerintahan, di mana waktu dianggap sangat berharga.