Misteri Pendakian Gunung Gede dan Tangisan Wanita di Curug Cibeureum
- Pixabay/yamabon
Selain itu, kondisi psikologis pendaki memainkan peran besar. Kelelahan fisik, kurang tidur, atau ketegangan saat mendaki di malam hari dapat memicu halusinasi ringan atau meningkatkan sensitivitas terhadap suara alam. Penelitian oleh psikolog lingkungan, Dr. Budi Santoso, menunjukkan bahwa lingkungan pegunungan yang gelap dan terisolasi sering memicu pareidolia karena otak berusaha “mengisi kekosongan” dengan interpretasi yang familiar, seperti suara tangisan atau langkah kaki.
Cuaca ekstrem di TNGGP, seperti hujan deras atau badai angin, juga dapat menciptakan suara yang membingungkan, terutama di malam hari ketika visibilitas rendah. Meski begitu, penjelasan ilmiah ini tidak mengurangi daya tarik cerita mistis, yang tetap menjadi bagian dari pengalaman mendaki Curug Cibeureum.
Pengalaman Pendaki: Antara Petualangan dan Misteri
Pendaki Curug Cibeureum sering berbagi pengalaman yang beragam, dari keindahan alam hingga kisah-kisah seram. Pada Juni 2025, sebuah insiden viral di X melaporkan pendaki yang dikira meninggal karena diselimuti kain untuk mengatasi hipotermia, memicu rumor mistis yang kemudian diklarifikasi oleh pihak TNGGP. Kejadian serupa, seperti pendaki yang tersesat atau mengalami keseleo, sering disalahartikan sebagai gangguan gaib karena suasana pegunungan yang menegangkan.
Pihak TNGGP menekankan pentingnya persiapan sebelum mendaki. Pendaki disarankan membawa peralatan lengkap, seperti jaket tahan air, senter, dan peta digital, serta mendaftar melalui Hiking Organizer resmi seperti Basecamp GEPANGKU atau KOBEL ADVENTURE. Pendakian malam hari sebaiknya dihindari saat cuaca buruk, karena risiko hipotermia dan kecelakaan meningkat di medan yang licin dan berbatu.
Aktivitas Wisata dan Daya Tarik Curug Cibeureum
Curug Cibeureum menawarkan lebih dari sekadar cerita mistis. Berikut adalah aktivitas yang dapat dinikmati wisatawan: