Berpakaian Merah Sebabkan Kesialan, Ketahui Pantangan Datang ke Baduy Dalam
- Wonderful Indonesia
Lifestyle –Tersembunyi di pedalaman Lebak, Banten, komunitas Baduy Dalam menawarkan perjalanan ke dunia yang seolah terhenti oleh waktu. Suku Baduy Dalam, yang tinggal di Desa Cibeo, Cikertawarna, dan Cikeusik, dikenal karena gaya hidup sederhana yang selaras dengan alam dan leluhur. Namun, di balik kedamaian desa-desa bambu mereka, terselip mitos yang menggugah rasa penasaran: larangan memakai pakaian merah.
Konon, melanggar aturan ini dapat memicu gangguan spiritual, tersesat di hutan, atau bahkan kemarahan leluhur. Benarkah mitos ini nyata, atau sekadar cerita yang dilebih-lebihkan untuk menarik wisatawan? Artikel ini mengupas asal-usul larangan, fakta budaya di baliknya, dan panduan menjelajahi Baduy Dalam sebagai destinasi wisata budaya dan mistis yang tak terlupakan.
Mengenal Suku Baduy Dalam: Penjaga Tradisi di Tengah Modernitas
Sekitar 120 kilometer dari hiruk-pikuk Jakarta, Suku Baduy Dalam hidup dalam harmoni dengan alam di pedalaman Lebak, Banten. Berbeda dengan Baduy Luar, yang lebih terbuka terhadap teknologi dan pengaruh luar, Baduy Dalam menolak modernitas secara tegas. Mereka tinggal di rumah anyaman bambu tanpa listrik, menggunakan alat tradisional untuk bercocok tanam, dan mematuhi aturan adat yang diwariskan secara turun-temurun. Filosofi mereka berpusat pada keseimbangan alam, kesederhanaan, dan penghormatan kepada leluhur, menjadikan Baduy Dalam destinasi unik bagi wisatawan yang mencari pengalaman budaya autentik atau nuansa mistis.
Kehidupan Baduy Dalam diatur oleh Pu’un, pemimpin adat yang bertindak sebagai penutur hukum dan penjaga tradisi. Aturan adat mencakup larangan menggunakan sabun kimia, alas kaki di desa tertentu, barang elektronik, hingga memotret tanpa izin.
Larangan ini bukan sekadar peraturan, melainkan cerminan nilai spiritual yang diyakini menjaga harmoni antara manusia, alam, dan leluhur. Bagi wisatawan, suasana Baduy Dalam yang sunyi, diterangi hanya oleh lampu minyak di malam hari, sering memicu imajinasi tentang cerita mistis, menjadikannya magnet bagi pencinta wisata horor dan budaya.