Misteri Pendakian Gunung Gede dan Tangisan Wanita di Curug Cibeureum

Ilustrasi gunung
Sumber :
  • Pixabay/yamabon

Mitos lokal mengaitkan suara ini dengan petilasan Eyang Haji Mintarsa, seorang pertapa legendaris yang konon berubah menjadi batu di dekat Curug Cibeureum. Beberapa warga setempat percaya bahwa tangisan ini adalah manifestasi dari entitas spiritual penjaga gunung, yang bereaksi terhadap pelanggaran adat atau ketidakpatuhan pengunjung. Salah satu larangan budaya yang sering disebut adalah perempuan yang sedang menstruasi dilarang mendaki, karena dianggap “kotor” menurut kepercayaan Sunda Wiwitan, agama leluhur masyarakat sekitar. Pelanggaran ini diyakini dapat mengundang gangguan gaib, meskipun tidak ada bukti konkret yang mendukung klaim ini.

Warisan Spiritual Gunung Gede: Jejak Sejarah dan Legenda

Sering Dikaitkan Hal Mistis, Begini Perayaan Satu Suro di Kota-Kota Besar

Gunung Gede bukan hanya destinasi pendakian, tetapi juga situs dengan nilai spiritual dan sejarah yang mendalam. Dalam naskah kuno Sunda, Bujangga Manik, gunung ini disebut sebagai Hulu Wano Na Pakuan, pusat spiritual Kerajaan Pajajaran. 

Legenda menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi, raja besar Pajajaran, bersemayam di Alun-Alun Suryakancana bersama pasukan gaibnya, dan suara derap kaki kuda atau gemuruh misterius sering terdengar di malam hari. Petilasan Eyang Haji Mintarsa di Curug Cibeureum dianggap sebagai salah satu titik sakral, tempat para pendaki sering memanjatkan doa atau memberikan sesajen sebagai tanda hormat.

Alasan Suku Osing Dandan Menyerupai Kebo di Malam Satu Suro

Cerita mistis ini diperkuat oleh laporan pendaki, seperti kejadian pada 2016 ketika sekelompok pendaki mengaku melihat sosok berpakaian putih di dekat air terjun, atau postingan viral di X pada 2024 yang menceritakan suara tangisan yang terdengar jelas di tengah kabut. Meski menarik, cerita-cerita ini sering kali menjadi bahan diskusi antara mitos dan sugesti, terutama di kalangan pendaki pemula yang rentan terhadap ketegangan psikologis.

Penjelasan Ilmiah: Menguak Misteri Suara Tangisan

Di balik cerita mistis, fenomena suara tangisan memiliki penjelasan ilmiah yang masuk akal. Aliran air Curug Cibeureum yang deras, dipadukan dengan hembusan angin melalui celah-celah batu atau dedaunan, dapat menghasilkan suara yang menyerupai tangisan manusia. Fenomena ini dikenal sebagai pareidolia audio, di mana otak manusia mengenali pola suara familiar dari kebisingan alam yang acak. Faktor lingkungan, seperti kabut tebal atau angin kencang yang sering terjadi di Gunung Gede, juga dapat memperkuat efek ini.

Halaman Selanjutnya
img_title
Malam Satu Suro di Alas Purwo, Ada Ritual yang Bikin Merinding!