Dilarang Sendiri di Bunker Kaliadem, Cerita Mistis dari Relawan Penjaga Gunung

Ilustrasi terowongan bawah tanah
Sumber :
  • Pixabay

Erupsi 2006 terjadi sebulan setelah gempa Yogyakarta 27 Mei, memperparah kondisi wilayah. Awan panas meluncur hingga 7 kilometer, menghancurkan warung dan infrastruktur di Kaliadem. Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), dinding penahan lahar di Geger Boyo runtuh akibat gempa, memungkinkan aliran piroklastik mencapai bunker tanpa hambatan. Relawan seperti Romo Itonk, yang berada di dekat bunker, selamat karena lari ke arah barat menuju rumah Mbah Maridjan, tetapi Kenteng memilih bertahan di bunker, menganggapnya aman.

Saksi Bisu Tsunami Palu, Bangunan Tersisa yang Kini Jadi Sasaran Wisatawan

Tragedi ini memicu kajian ulang tentang keamanan bunker. Desain pintu yang membuka ke dalam dan kurangnya standar ketahanan terhadap suhu ekstrem menjadi sorotan. Pasca-erupsi 2010, bunker ini tertimbun material vulkanik setebal 4 meter, membutuhkan 54 jam pengerukan dengan alat berat untuk ditemukan kembali. Sejak itu, bunker tidak lagi digunakan sebagai tempat perlindungan dan dialihfungsikan sebagai destinasi wisata.

Cerita Mistis Bunker Kaliadem: Larangan Masuk Sendirian

Bunker Kaliadem kini dikenal sebagai situs mistis. Banyak pengunjung melaporkan pengalaman aneh, seperti mendengar suara tangisan atau jeritan di sore hingga malam hari, yang dikaitkan dengan arwah korban erupsi 2006. Seorang pengunjung pernah mengaku merasa diawasi dari kamar mandi bunker, tempat salah satu relawan ditemukan tewas, dan memilih tidak masuk karena merasa tidak nyaman. 

Larangan Tak Tertulis di Jalur Pendakian Merapi, Inilah Mitos yang Masih Dipatuhi

Konon, bunker dijaga oleh sosok gaib bernama Abdi Kinasih dari Kanjeng Eyang Sunan Merapi, yang sering terlihat mengenakan jubah putih, duduk bertapa di atas batu vulkanik dekat bunker. Sosok ini dipercaya menjaga ketenangan Kaliadem agar tragedi serupa tidak terulang.

Larangan masuk bunker sendirian berasal dari kepercayaan bahwa energi spiritual di tempat ini sangat kuat, terutama bagi mereka yang sensitif. Warga setempat dan pemandu wisata menyarankan pengunjung untuk menjaga sopan santun, tidak berkata kasar, atau mengambil benda dari bunker, seperti batu vulkanik yang menyerupai singgasana, yang dianggap sakral. Beberapa pengunjung melaporkan pusing atau mual saat berada di dalam, memperkuat anggapan bahwa bunker bukan tempat sembarangan.

Bunker Kaliadem sebagai Destinasi Wisata

Halaman Selanjutnya
img_title
Kondisi Terkini Desa Tempat Tinggal Mbah Maridjan, Tertimbun Lahar Sejak Letusan Merapi 2010