Mall Klender dan Kisah Korban yang Masih 'Berteriak' Minta Tolong
- Pixabay
Lifestyle –Mall Klender, terletak di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur, bukan sekadar pusat perbelanjaan biasa. Bangunan yang kini dikenal sebagai Mall Ciplaz ini menyimpan sejarah kelam yang mengguncang Indonesia, khususnya pada kerusuhan Mei 1998. Tragedi kebakaran yang menewaskan ratusan jiwa menjadikan lokasi ini lebih dari sekadar destinasi belanja, tetapi juga situs bersejarah yang sarat akan kisah pilu dan misteri.
Hingga kini, cerita tentang korban yang "berteriak" minta tolong masih bergema, menarik perhatian wisatawan sejarah dan pecinta kisah mistis. Artikel ini mengajak Anda menyelami sejarah, fakta, dan fenomena yang menyelimuti Mall Klender, menjadikannya destinasi wisata sejarah yang unik di Jakarta.
Sejarah Mall Klender: Dari Pusat Perbelanjaan Populer hingga Saksi Kerusuhan
Mall Klender, yang awalnya bernama Yogya Plaza atau Central Plaza, dibangun pada akhir 1980-an dan diresmikan pada 1991. Pada masanya, mall ini merupakan kebanggaan warga Jakarta Timur, bersaing dengan Mal Arion di Rawamangun. Dengan lokasinya yang strategis dan fasilitas modern, Mall Klender menjadi pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi masyarakat untuk berbelanja, bersantap, hingga menikmati hiburan. Namun, semua berubah pada 15 Mei 1998, saat kerusuhan akibat krisis ekonomi dan politik melanda Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 dipicu oleh krisis moneter Asia, pengangguran massal, dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Di Jakarta, massa menargetkan pusat perbelanjaan, termasuk Mall Klender, untuk dijarah. Sayangnya, aksi penjarahan berujung pada kebakaran besar yang diduga disengaja. Pintu-pintu mall terkunci, baik dari dalam maupun luar, membuat ratusan orang—pengunjung, karyawan, dan penjarah—terjebak di dalam kobaran api.
Tragedi Kebakaran: Ratusan Jiwa Melayang
Kebakaran Mall Klender menewaskan sekitar 488 orang, menjadikannya salah satu tragedi terparah dalam kerusuhan Mei 1998. Korban tewas akibat terbakar, kehabisan oksigen, atau terinjak saat berdesakan mencari jalan keluar. Banyak saksi mata melaporkan jeritan minta tolong yang memilukan dari dalam gedung, namun upaya penyelamatan terhambat oleh situasi kacau dan kurangnya respons cepat dari pihak berwenang. Warga sekitar berusaha membantu dengan mengumpulkan kasur untuk menangkap mereka yang nekat melompat dari lantai atas, tetapi banyak yang tidak selamat.