Kapan Waktu yang Tepat Memulai Toilet Training? Ini Tanda-Tanda Kesiapan Anak

Ilustrasi toilet training
Sumber :
  • Freepik

LifestyleToilet training atau pelatihan buang air adalah salah satu tahap perkembangan penting dalam kehidupan anak yang menandai peralihan dari penggunaan popok menuju kemandirian. Dalam konteks parenting modern, keberhasilan toilet training bukan hanya tentang melatih anak menggunakan toilet, melainkan juga tentang memahami kesiapan fisik, emosional, dan kognitif anak secara menyeluruh. 

Terapkan 5 Hal Ini, Anak Dijamin Berprestasi di Sekolahnya!

Banyak orang tua kerap bertanya, "Kapan waktu yang tepat memulai toilet training?" Jawabannya tidak sederhana, karena setiap anak memiliki ritme perkembangan yang berbeda. 

Dalam artikel ini, akan dibahas tanda-tanda kesiapan anak untuk toilet training serta pendekatan pola asuh yang efektif untuk memulainya.

Pentingnya Menentukan Waktu yang Tepat

Masih Banyak yang Keliru, Bagaimana Pola Asuh untuk Membesarkan Anak Berprestasi?

Menentukan waktu yang tepat untuk memulai toilet training adalah kunci keberhasilan dalam proses ini. Jika dimulai terlalu dini, saat anak belum siap, hal ini dapat menyebabkan stres baik pada anak maupun orang tua. 

Sebaliknya, jika ditunda terlalu lama, anak bisa menjadi terlalu nyaman menggunakan popok, sehingga kesulitan beradaptasi dengan toilet.

Cara Membiasakan Anak Tidur Sendiri Sejak Usia 2 Tahun

Secara umum, toilet training dapat dimulai pada rentang usia 18 bulan hingga 3 tahun. Namun, usia hanyalah panduan kasar. Fokus utama seharusnya adalah pada tanda-tanda kesiapan anak, bukan angka usia semata. Dalam praktik pola asuh yang responsif, orang tua diharapkan mampu mengenali sinyal kesiapan anak secara holistik.

Tanda-Tanda Kesiapan Anak untuk Toilet Training

Ada beberapa indikator kesiapan anak yang dapat diamati sebelum memulai toilet training. Tanda-tanda ini terbagi dalam tiga kategori utama: fisik, kognitif, dan emosional.

1. Kesiapan Fisik

Anak yang siap toilet training biasanya menunjukkan kontrol otot yang cukup untuk menahan dan melepas urine atau feses secara sadar. Tanda-tandanya antara lain:

  • Popok tetap kering selama dua hingga tiga jam, menunjukkan adanya kontrol kandung kemih.
  • Anak mampu duduk dan bangun dari potty secara mandiri.
  • Mampu berjalan dengan stabil dan duduk diam selama beberapa menit.
  • Kontrol otot adalah fondasi penting dalam toilet training karena menunjukkan bahwa sistem saraf anak sudah cukup matang untuk mengenali dan mengatur dorongan buang air.

2. Kesiapan Kognitif

Kemampuan berpikir dan memahami instruksi juga penting dalam proses toilet training. Anak yang siap biasanya sudah:

  • Mengerti dan bisa mengikuti perintah sederhana seperti “Ayo ke toilet” atau “Coba duduk di potty”.
  • Dapat mengomunikasikan rasa tidak nyaman saat popok basah atau kotor.
  • Menunjukkan tanda-tanda mengenali keinginan buang air, seperti berhenti bermain sejenak atau menyentuh area genital.
  • Kesiapan kognitif membantu anak memahami tujuan toilet training, serta membangun komunikasi yang efektif antara anak dan orang tua.

3. Kesiapan Emosional

Toilet training yang berhasil sangat bergantung pada kesiapan emosional anak. Tanda-tanda emosional meliputi:

  • Menunjukkan rasa ingin tahu saat melihat orang dewasa atau saudara menggunakan toilet.
  • Tertarik menggunakan toilet atau potty miliknya sendiri.
  • Tidak menolak saat diajak ke toilet dan merasa bangga saat berhasil buang air dengan benar.
  • Dalam praktik parenting yang sehat, dukungan emosional sangat penting untuk menciptakan pengalaman toilet training yang positif dan minim tekanan.

Strategi Memulai Toilet Training

Setelah mengenali tanda-tanda kesiapan, orang tua dapat mulai toilet training secara bertahap. Beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan sebagai bagian dari pola asuh yang suportif meliputi:

  • Membuat rutinitas tetap: Bawa anak ke toilet pada waktu-waktu tertentu, seperti setelah bangun tidur, sebelum tidur, atau setelah makan.
  • Gunakan alat bantu yang sesuai: Pilih potty atau dudukan toilet yang nyaman dan menarik bagi anak.
  • Berikan pujian: Berikan apresiasi berupa kata-kata positif atau reward sederhana saat anak berhasil menggunakan toilet.
  • Bersikap sabar: Hindari memarahi atau menghukum anak saat terjadi “kecelakaan” buang air, karena hal ini dapat menciptakan rasa takut atau malu.

Orang tua juga disarankan untuk mengenalkan konsep toilet training dengan buku cerita anak atau video edukatif. Pendekatan ini dapat membantu anak memahami proses secara visual dan membuatnya lebih antusias.