Ketika Orang Tua Punya Inner Child yang Belum Pulih, Apa Dampaknya pada Anak?
- Freepik
Lifestyle –Kesadaran akan kondisi psikologis diri semakin meluas, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang kini mulai memasuki usia menjadi orang tua. Salah satu konsep psikologi yang kini mendapat perhatian adalah “inner child”, yaitu bagian dari diri seseorang yang mewakili pengalaman masa kecilnya. Banyak orang tua yang menyadari bahwa inner child mereka belum sepenuhnya pulih atau sembuh dari luka masa lalu.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius dalam dunia parenting: bagaimana kondisi inner child yang belum tuntas ini dapat memengaruhi pola asuh dan perkembangan anak-anak mereka?
Apa Itu Inner Child?
Dalam psikologi, inner child merujuk pada aspek batin seseorang yang menyimpan kenangan, emosi, dan pengalaman masa kecil—baik yang menyenangkan maupun traumatis. Inner child positif membawa kenangan bahagia dan rasa aman, sementara inner child yang terluka mengandung trauma, ketakutan, dan luka emosional yang belum terselesaikan.
Inner child yang belum pulih bisa memicu pola pikir, reaksi, dan perilaku yang tidak sehat, terutama dalam hubungan interpersonal seperti antara orang tua dan anak.
Memahami inner child penting bagi orang tua karena luka masa lalu yang tidak diatasi dapat berulang dalam bentuk pola asuh yang kurang optimal, dan menimbulkan dampak negatif pada perkembangan anak. Khususnya bagi generasi milenial dan Gen Z yang umumnya melek emosi, namun belum sepenuhnya menyelesaikan proses healing mereka.