Unschooling vs Sekolah Tradisional: Apa yang Terbaik untuk Anak?
- Freepik
Studi dari Journal of Unschooling and Alternative Learning (2013) menunjukkan bahwa anak-anak yang menjalani unschooling cenderung memiliki motivasi intrinsik yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang belajar di sistem tradisional. Namun, tantangan utama unschooling adalah kurangnya struktur yang dapat menyulitkan pengukuran kemajuan akademik anak, serta kebutuhan keterlibatan orang tua yang intensif.
Sekolah Tradisional: Struktur dan Standarisasi
Sekolah tradisional, yang menjadi pilihan utama di banyak negara, menawarkan pendekatan pendidikan yang terstruktur dengan kurikulum yang dirancang oleh pemerintah atau lembaga pendidikan. Pendekatan ini mencakup mata pelajaran seperti matematika, sains, bahasa, dan sejarah, yang diajarkan melalui metode pengajaran formal, ujian, dan penilaian standar. Tujuannya adalah memastikan anak memperoleh pengetahuan dasar yang dianggap penting untuk kehidupan dewasa dan pasar kerja.
Kelebihan sekolah tradisional terletak pada konsistensi dan pengakuan resmi. Lulusan sekolah tradisional biasanya memiliki ijazah yang diakui secara luas, memudahkan mereka untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau memasuki dunia kerja.
Menurut data dari UNESCO (2023), lebih dari 90% anak di seluruh dunia mengikuti pendidikan formal, yang menunjukkan kepercayaan global terhadap sistem ini. Selain itu, sekolah tradisional juga memberikan kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar disiplin melalui rutinitas harian.
Namun, sekolah tradisional tidak luput dari kritik. Banyak yang berpendapat bahwa sistem ini terlalu kaku, sering kali mengabaikan kebutuhan individu anak, dan cenderung mengutamakan hafalan daripada kreativitas. Penelitian dari Educational Psychology Review (2019) menunjukkan bahwa tekanan akademik di sekolah tradisional dapat meningkatkan stres pada anak, terutama pada usia remaja.