Anak Marah Saat Orang Tua Tidak Langsung Memberi Jawaban PR yang Sulit, Mesti Gimana?
- Freepik
Lifestyle –Bagi banyak orang tua, membantu anak mengerjakan PR sering kali menjadi momen yang penuh tantangan. Terutama ketika anak marah atau tantrum karena orang tua tidak langsung memberikan jawaban. Perilaku ini bisa membuat suasana menjadi tegang dan membuat orang tua merasa bingung harus bersikap bagaimana.
Namun, meskipun menyulitkan, momen ini sebenarnya penting sebagai bagian dari proses belajar mandiri anak. Artikel ini akan membahas penyebab anak marah saat orang tua tidak langsung memberikan jawaban PR, pentingnya memberi ruang bagi anak untuk belajar mandiri, serta strategi dan teknik komunikasi yang efektif untuk menghadapi situasi tersebut.
Penyebab Anak Marah Saat Tidak Langsung Diberi Jawaban
Saat anak menghadapi soal PR yang sulit, wajar jika mereka merasa frustrasi dan kebingungan. Ketika orang tua tidak langsung memberi jawaban, anak bisa merasa tidak didukung dan akhirnya mengekspresikan kemarahan melalui tantrum atau marah-marah.
Dr. Laura Markham, psikolog perkembangan anak dan penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids, menjelaskan bahwa anak-anak pada dasarnya ingin merasa berhasil dan dihargai.
“Ketika mereka menghadapi kesulitan tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa merasa cemas dan marah,” kata dia.
Perasaan marah ini sering muncul karena anak belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatur emosi dan menghadapi stres. Mereka belum bisa menahan rasa frustrasi dan seringkali mencari reaksi cepat dari orang tua sebagai bentuk rasa aman.
Mengapa Orang Tua Harus Memberi Ruang untuk Belajar Mandiri
Walau mudah tergoda untuk segera memberikan jawaban demi meredakan emosi anak, sebenarnya membiarkan anak mencoba sendiri sangat penting untuk perkembangan mereka. Belajar mandiri membangun berbagai kemampuan penting, seperti:
- Rasa percaya diri: Anak merasa bangga ketika berhasil memecahkan soal sendiri.
- Kemampuan problem solving: Anak belajar cara menganalisis dan mencari solusi.
- Kemandirian: Anak terbiasa bertanggung jawab atas tugasnya.
Orang tua berperan sebagai fasilitator yang membimbing, bukan pemberi jawaban instan. Dengan begitu, anak diajarkan untuk menghadapi tantangan dengan cara yang sehat dan produktif.
Strategi Menghadapi Anak yang Marah Saat Tidak Langsung Diberi Jawaban
- Tetap Tenang dan Sabar
Saat anak mulai marah, penting bagi orang tua untuk tidak ikut terbawa emosi. Bersikap tenang membantu menenangkan situasi dan menjadi contoh regulasi emosi yang baik bagi anak. - Mengakui Perasaan Anak Tanpa Membenarkan Perilaku Marah
Katakan sesuatu seperti, “Aku tahu kamu kesal karena ini sulit,” agar anak merasa didengar, tapi jangan membiarkan tantrum berlanjut tanpa batas. - Memberikan Dorongan Positif
Ucapkan kalimat yang memotivasi, misalnya, “Aku yakin kamu bisa mencoba dulu sebelum aku bantu.” Dorongan ini memberi anak semangat untuk terus berusaha. - Memecah Masalah Jadi Bagian Lebih Kecil
Bantu anak mengerjakan soal dengan membaginya menjadi langkah-langkah sederhana agar lebih mudah dipahami dan dikerjakan. - Memberikan Jeda Waktu untuk Menenangkan Diri
Jika emosi anak sudah terlalu tinggi, beri waktu sejenak untuk anak menarik napas dan tenang sebelum melanjutkan belajar.
Teknik Komunikasi yang Efektif
Kata-kata yang dipilih orang tua sangat berpengaruh pada bagaimana anak merespon. Beberapa contoh kalimat yang bisa dipakai antara lain:
- “Aku tahu ini sulit, tapi kamu pasti bisa coba lebih dulu.”
- “Yuk, kita pecahkan soalnya bersama langkah demi langkah.”
- “Kalau kamu butuh bantuan, aku di sini untuk membantumu.”
Pendekatan seperti ini membantu anak merasa didukung tanpa kehilangan kesempatan belajar mandiri.
Membangun Keterampilan Regulasi Emosi Anak
Mengajarkan anak mengenali dan mengelola emosinya sejak dini sangat penting. Keterampilan ini membantu anak menghadapi stres dan frustrasi tanpa harus meledak marah.
Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan bersama anak:
- Latihan pernapasan dalam untuk menenangkan diri saat emosi naik.
- Mindfulness sederhana, seperti fokus pada sensasi tubuh dan lingkungan sekitar untuk mengurangi kecemasan.
- Mendorong ekspresi emosi secara sehat, seperti menggambar atau bercerita tentang perasaan.
Dengan rutin berlatih, anak akan lebih mampu mengendalikan reaksi emosional saat menghadapi kesulitan.