Anak Selalu Cari Alasan Saat Disuruh Belajar? Ini Trik Disiplin Tanpa Drama
- Freepik
Lifestyle –"Sebentar lagi, Ma," atau "Nanti aja, kan besok belum ujian." Kalimat-kalimat seperti itu mungkin sudah sangat familiar di telinga para orang tua. Anak selalu punya alasan untuk menunda belajar. Dan ketika dipaksa? Bisa berujung pada tangisan, marah, bahkan drama di rumah.
Tapi, apakah harus selalu begitu? Jawabannya tidak. Disiplin belajar bisa dibentuk tanpa harus melibatkan bentakan atau ancaman. Kuncinya ada pada rutinitas yang konsisten dibangun dengan pendekatan yang lembut dan disesuaikan dengan karakter anak.
Kenapa Rutinitas Itu Penting?
Anak-anak sebenarnya butuh struktur dan keteraturan untuk merasa aman. Rutinitas harian seperti waktu makan, tidur, dan belajar, membantu otak mereka memahami apa yang harus dilakukan, kapan, dan kenapa.
Menurut Dr. Carly Claney, psikolog klinis di Relational Psych, anak akan lebih mudah mengatur emosi dan fokus jika memiliki rutinitas harian yang konsisten.
"Rutinitas yang mencakup waktu tidur cukup, makan sehat, dan jadwal belajar yang teratur, bisa menjadi fondasi penting dalam membangun disiplin tanpa tekanan," kata dia.
Disiplin Tanpa Drama: Apa Bedanya?
Disiplin bukan berarti keras atau otoriter. Disiplin yang sehat justru melibatkan konsistensi, kehangatan, dan penguatan kebiasaan baik. Prinsip ini dikenal dengan istilah positive discipline, yakni membantu anak membangun tanggung jawab tanpa menggunakan rasa takut.
Dalam konteks belajar, disiplin tanpa drama berarti menciptakan kebiasaan belajar yang terjadwal, nyaman, dan realistis. Bukan sekadar “harus belajar karena disuruh”, tetapi “belajar karena ini bagian dari kegiatan harianku”.
Langkah-Langkah Membangun Rutinitas Belajar Tanpa Paksaan
1. Jadwalkan Waktu Belajar yang Tetap
Waktu belajar sebaiknya terjadi di jam yang sama setiap hari, misalnya pukul 18.30–19.30 setelah makan malam. Ini membantu otak anak mengenali kapan ia harus siap fokus. Jika dilakukan secara rutin, otak anak akan masuk ke “mode belajar” secara otomatis.
2. Ciptakan Ruang Belajar yang Kondusif
Belajar di ruang tamu sambil nonton TV jelas bukan pilihan ideal. Buat sudut belajar yang tenang, terang, dan bebas distraksi. Jika tidak ada ruangan khusus, cukup sediakan meja sederhana yang hanya dipakai untuk belajar.
Libatkan semua anggota keluarga agar menghargai waktu belajar anak. Saat anak belajar, TV dimatikan, adik diminta tidak mengganggu.
3. Terapkan Pola Belajar dengan Jeda
Belajar terus-menerus selama satu jam bisa membuat anak kelelahan dan bosan. Gunakan metode seperti Pomodoro, belajar 25 menit, istirahat 5 menit. Ulangi 2–3 kali sesuai usia anak.
Untuk anak SD, sesi 20–30 menit sudah cukup. Tambahkan waktu sesuai jenjang usia dan kemampuan fokus mereka.
4. Variasikan Metode dan Materi
Belajar tidak harus selalu duduk membaca buku. Coba kombinasikan dengan:
- Menggambar sambil menghafal
- Video edukasi dari YouTube
- Flashcard interaktif
- Bermain peran untuk pelajaran sejarah atau bahasa
Anak yang mudah bosan biasanya akan lebih menikmati pendekatan belajar yang dinamis.
5. Libatkan Anak dalam Menyusun Jadwal
Daripada memaksakan jadwal, libatkan anak dalam proses penyusunannya. Tanyakan pendapat mereka:
“Kamu maunya belajar habis makan malam atau sebelum mandi?”
“Kalau setiap hari belajar 30 menit, kamu pilih jam berapa?”
Ketika anak ikut menentukan, mereka cenderung lebih kooperatif karena merasa punya kontrol.
6. Ulas Progres dan Rayakan Usaha
Setiap sesi belajar, akhiri dengan ulasan ringan:
“Hari ini kamu hebat banget, bisa kerjain soal tanpa minta bantuan.”
“Kita ulang besok, ya. Tapi sekarang kamu udah ngerti lebih banyak dari kemarin.”
Berikan apresiasi atas proses, bukan hanya hasil. Misalnya stiker, waktu ekstra bermain, atau pelukan hangat. Anak akan lebih semangat karena merasa dihargai.
7. Fleksibel Saat Dibutuhkan
Jika hari itu anak terlihat sangat lelah, jangan memaksakan belajar seperti biasa. Tawarkan alternatif, misalnya belajar sambil bercerita atau hanya membaca ringan.
Hal yang penting adalah tetap menjaga konsistensi tanpa menambah tekanan. Fleksibilitas ini mengajarkan anak bahwa belajar itu bagian dari hidup, bukan beban.
Dampak Positif Rutinitas Belajar Tanpa Tekanan
Dengan menerapkan strategi di atas, anak akan:
- Merasa lebih percaya diri terhadap kemampuan belajarnya
- Mampu mengatur waktu dan prioritas sejak dini
- Terbiasa menyelesaikan tugas tanpa harus disuruh
- Lebih nyaman belajar karena tidak ada paksaan
Dalam jangka panjang, anak dengan disiplin belajar yang sehat cenderung tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya.