Anak SD Udah Suka K-Pop, Orang Tua Harus Dukung atau Melarang?

SEVENTEEN di UNESCO Youth Forum.
Sumber :
  • Pledis Entertainment

Selain itu, budaya penggemar K-Pop sering kali mendorong pembelian merchandise mahal atau partisipasi dalam tren media sosial, yang mungkin tidak sesuai dengan usia anak SD. Orang tua perlu memahami dampak positif dan negatif dari hobi ini untuk mengambil keputusan yang tepat.

Manfaat K-Pop bagi Anak SD

Liburan ke Jeju? Wajib Napak Tilas ke 3 Lokasi Syuting Drama When Life Gives You Tangerines Ini

K-Pop dapat memberikan sejumlah manfaat bagi perkembangan anak jika dikelola dengan baik:

  1. Kreativitas dan Ekspresi Diri: Meniru koreografi K-Pop dapat meningkatkan keterampilan motorik dan kreativitas anak. Menurut studi dari Journal of Child Psychology (2021), aktivitas menari membantu anak mengembangkan koordinasi tubuh dan kepercayaan diri. Banyak anak SD yang belajar menari K-Pop melalui tutorial online, yang juga melatih disiplin dan fokus.
  2. Keterampilan Bahasa: Lirik lagu K-Pop sering kali mencakup frasa dalam bahasa Korea atau Inggris, yang dapat memicu minat anak untuk mempelajari bahasa asing. Riset dari Seoul National University (2022) menunjukkan bahwa penggemar K-Pop cenderung memiliki motivasi lebih tinggi untuk belajar bahasa Korea dibandingkan non-penggemar.
  3. Koneksi Sosial: Komunitas penggemar K-Pop, baik offline maupun online, memungkinkan anak untuk membangun pertemanan berdasarkan minat yang sama. Hal ini dapat membantu anak yang cenderung pemalu untuk bersosialisasi, selama interaksi diawasi.
  4. Inspirasi Positif: Banyak idola K-Pop, seperti BTS, sering menyampaikan pesan positif tentang kerja keras, penerimaan diri, dan kesehatan mental, yang dapat menjadi teladan bagi anak-anak.

Risiko K-Pop bagi Anak SD

Meskipun memiliki manfaat, K-Pop juga membawa risiko yang perlu diwaspadai:

  1. Konten Tidak Sesuai Usia: Beberapa video musik K-Pop menampilkan kostum atau tema yang sensual, yang mungkin tidak sesuai untuk anak SD. Misalnya, laporan dari Korean Media Rating Board (2023) mencatat bahwa 15% video K-Pop berperingkat 15+, yang berarti lebih cocok untuk remaja.
  2. Obsesi Berlebihan: Budaya penggemar K-Pop sering kali mendorong anak untuk menghabiskan waktu berjam-jam menonton konten atau mengikuti idola di media sosial. Menurut studi dari University of Indonesia (2022), anak-anak yang terlalu terpaku pada hobi tertentu berisiko mengalami penurunan prestasi akademik.
  3. Tekanan Konsumerisme: Merchandise K-Pop, seperti album, lightstick, atau photocard, sering kali mahal. Anak SD yang belum memahami nilai uang mungkin memaksa orang tua untuk membeli barang-barang tersebut, yang dapat memicu konflik keluarga.
  4. Paparan Media Sosial: Banyak anak SD mengakses komunitas penggemar melalui platform seperti Instagram atau TikTok, yang berisiko mengekspos mereka pada konten tidak pantas atau cyberbullying.
Halaman Selanjutnya
img_title
Makin Disukai Anak Muda, Begini Pengaruh K-Pop pada Pola Asuh Gen Z