Penyebab Anak Tantrum dan Tips Jitu Mengatasinya
- Freepik
Saat anak mengalami tantrum, penting untuk tetap tenang agar situasi tidak memburuk. Penelitian dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjuk prounkan bahwa respons orang tua yang tenang dan empati dapat membantu anak belajar mengelola emosi mereka. Pertama, berikan anak ruang untuk menenangkan diri. Jangan langsung menegur atau memaksa anak berhenti menangis, karena hal ini dapat meningkatkan ketegangan emosional. Sebaliknya, turunkan diri ke level anak (misalnya dengan berlutut) dan gunakan nada suara yang lembut untuk menunjukkan bahwa Anda memahami perasaan mereka.
Validasi emosi anak adalah langkah penting. Misalnya, katakan, “Mama tahu kamu kesal karena tidak boleh bermain sekarang,” untuk menunjukkan empati tanpa langsung memberikan apa yang diinginkan anak. Setelah anak tenang, ajak mereka berbicara tentang apa yang memicu tantrum, sehingga mereka belajar mengenali dan mengungkapkan emosi mereka secara verbal.
Menerapkan Batasan yang Konsisten
Batasan yang jelas dan konsisten membantu anak merasa aman dan memahami ekspektasi perilaku. Menurut Dr. Harvey Karp, pakar parenting, anak membutuhkan struktur untuk mengembangkan pengendalian diri. Tetapkan aturan sederhana, seperti “Kita makan dulu sebelum bermain,” dan pastikan aturan tersebut ditegakkan secara konsisten.
Jika anak mengalami tantrum karena menolak aturan, hindari menyerah pada tuntutan mereka, karena ini dapat memperkuat perilaku tantrum. Sebaliknya, tawarkan pilihan terbatas, seperti “Kamu mau makan wortel atau brokoli dulu?” untuk memberikan rasa kendali tanpa mengabaikan aturan.
Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan yang stabil dan mendukung dapat mengurangi frekuensi tantrum. Pastikan anak mendapatkan cukup tidur, karena kelelahan adalah pemicu utama tantrum. Menurut National Sleep Foundation, anak usia 1–2 tahun membutuhkan 11–14 jam tidur per hari, sementara anak usia 3–5 tahun membutuhkan 10–13 jam. Jaga jadwal tidur yang konsisten untuk mencegah kelelahan.