Generasi Sandwich: Ketika Orang Tua Masih Mengandalkan Orang Tuanya Sendiri, Ini yang Terjadi!
- Freepik
Dari sisi kakek-nenek, peran dalam parenting cucu tentu mengandung nilai emosional tersendiri. Banyak dari mereka merasa bahagia dapat terlibat dalam tumbuh kembang cucu. Namun, tidak sedikit pula yang secara fisik dan mental mulai merasa lelah, apalagi bila tanggung jawab itu bersifat jangka panjang dan intensif.
Mereka yang seharusnya menikmati masa pensiun, justru kembali menjalani hari-hari sibuk mengantar cucu sekolah, menyiapkan makanan, atau mengurus keperluan rumah tangga. Dalam banyak kasus, perasaan terpaksa namun tak tega menolak menjadi tekanan tersendiri bagi generasi lansia ini.
Data dan Fakta Pendukung
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sekitar 26% keluarga muda di perkotaan masih tinggal bersama orang tua mereka. Studi dari Pusat Kajian Perlindungan Anak Universitas Indonesia juga menunjukkan bahwa 41% anak usia balita di Indonesia dirawat secara aktif oleh kakek-nenek. Tren ini mengindikasikan bahwa keterlibatan orang tua generasi sebelumnya dalam pengasuhan bukan lagi pengecualian, melainkan realitas baru dalam struktur keluarga Indonesia.
Fenomena ini pun menjadi bahan kajian dalam berbagai riset psikologi keluarga yang menunjukkan adanya korelasi antara konflik nilai lintas generasi dengan ketidakstabilan emosi pada anak, terutama jika orang tua tidak memiliki kendali penuh atas keputusan pengasuhan.
Upaya Solusi dan Rekomendasi
Para pakar menyarankan pentingnya pembagian peran yang jelas antara orang tua muda dan kakek-nenek dalam sistem pengasuhan bersama. Komunikasi terbuka, saling menghargai perbedaan pendekatan, serta kesepakatan tentang nilai-nilai inti dalam pola asuh menjadi kunci agar dinamika ini tidak menjadi sumber konflik. Selain itu, dukungan dari pemerintah melalui program subsidi penitipan anak, cuti orang tua yang memadai, dan edukasi parenting lintas generasi sangat diperlukan untuk mengurangi beban generasi sandwich.