Mencicipi Cokelat Bali Rasa Tropis yang Siap Bersaing di Kancah Dunia

Cokelat Bali
Sumber :
  • Istimewa

Lifestyle – Bali bukan hanya tentang pantai, pura, dan matahari terbenam yang magis. Di balik hijaunya pepohonan di Jembrana, Bali Barat, tersimpan kekayaan rasa yang perlahan tapi pasti mulai mencuri perhatian dunia: cokelat. Tahun ini, kakao Jembrana kembali menjadi sorotan dengan peluncuran “Raya Jembrana”, single origin chocolate yang menonjolkan karakter tropis khas tanah nusantara.

Cegah Penyakit Jantung: 5 Langkah Gaya Hidup Sehat yang Bisa Dimulai Hari Ini

Produk ini bukan sekadar camilan manis, melainkan hasil dari perjalanan panjang petani lokal yang menjadikan kakao sebagai kebanggaan baru Indonesia.

Karakter rasa dari kakao Jembrana dikenal unik: ada sentuhan buah tropis segar dengan profil rasa kompleks yang lahir dari proses fermentasi terjaga. Keunikan inilah yang membedakan cokelat single origin dari produk massal yang sering kali homogen. Setiap gigitan menjadi representasi terroir — cerminan tanah, iklim, dan tangan-tangan terampil para petani yang merawat pohon kakao mereka dengan sepenuh hati.

Dari Gorengan sampai Soda, Inilah Daftar Makanan yang Bikin Perut Buncit

Kisah ini bermula dari para petani anggota Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya (KSS), yang mengedepankan praktik perkebunan organik dan fermentasi berkualitas. Di tengah tantangan pasar, mereka bertahan dengan disiplin dan komitmen menjaga mutu. Upaya tersebut membuahkan hasil manis ketika kakao Jembrana mendapatkan Cocoa of Excellence Silver Award 2023, yang diumumkan pada 2024 di Amsterdam, Belanda. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa kakao Indonesia bisa sejajar dengan kakao terbaik dunia.

“Sejak awal kami percaya, kakao Jembrana punya potensi dunia. Dengan komitmen petani untuk memproduksi biji fermentasi berkualitas, kita bisa membuktikan bahwa kakao Indonesia mampu bersaing di panggung internasional,” ujar Ibu Agung Widiastuti, Direktur Yayasan Kalimajari, yang sejak 2011 mendampingi petani kakao Jembrana lewat program kakao berkelanjutan. 

Jalan Kaki Vs Lari, Mana yang Sebenarnya Lebih Baik untuk Jantung Anda?

“Agroforestry memberi ruang bagi petani untuk menjaga ekosistem sambil tetap produktif. Fermentasi adalah kunci kualitas, karena dari proses itu lahir karakter rasa yang membuat kakao Jembrana diakui dunia,” lanjut Ibu Agung.

Pendekatan ini bukan hanya menjaga kualitas rasa, tetapi juga ekosistem dan keberlanjutan lingkungan, menjadikannya selaras dengan tren global pertanian hijau.

Ketua Koperasi KSS, I Ketut Wiadnyana, menegaskan bahwa penghargaan internasional hanyalah awal dari perjalanan panjang.

“Kami bukan hanya sekadar koperasi yang mengumpulkan hasil panen. Kami memastikan setiap anggota memahami nilai fermentasi, transparansi harga, dan pentingnya sertifikasi berkelanjutan. Penghargaan Cocoa of Excellence menjadi pengakuan, tetapi yang lebih penting adalah keberlanjutan, agar petani tidak hanya menanam, tetapi juga merasakan nilai dari kerja keras mereka," katanya.

Regenerasi petani menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah ini. I Made Dwi Mahardiasa (Bli Kadek), petani muda berusia 20 tahun dari Desa Candikusuma, menjadi contoh generasi baru yang memilih bertani ketimbang merantau.

“Banyak teman sebaya saya pindah ke kota. Tapi saya percaya kebun kakao punya masa depan. Di sini saya bisa membangun sesuatu, bukan hanya untuk saya sendiri, tapi juga untuk keluarga dan desa. Generasi muda harus melanjutkan supaya cerita kakao Jembrana tidak berhenti di orang tua kami," katanya.

Di balik perayaan ini, ada pula pameran foto “Resilience” karya Beawiharta, mantan fotografer Reuters yang kini dikenal sebagai visual storyteller.

“Melalui Resilience saya ingin menunjukkan bahwa kakao bukan sekadar bahan pangan, melainkan kisah estafet antar generasi. Ini adalah tentang cinta pada tanah dan kebanggaan pada Indonesia," katanya.

“Saya masih ingat, dulu ketika menikmati cokelat, rasanya selalu berasal dari Afrika atau Amerika Latin. Padahal pohonnya banyak tumbuh di Indonesia. Ada paradoks di sana. Lewat karya ini saya ingin menegaskan bahwa sudah saatnya kita menikmati cokelat yang lahir dari tanah kita sendiri," tambahnya.

Dalam momentum penting ini, Pipiltin Cocoa (PT Rosso Bianco) tampil sebagai jembatan antara petani kakao dan konsumen urban. Sejak 2013, Pipiltin Cocoa konsisten mengolah cokelat bean to bar asli Indonesia, memperkenalkan keberagaman kakao dari Aceh hingga Papua. Melalui peluncuran “Raya Jembrana”, perusahaan ini mengangkat kekayaan lokal Bali ke panggung nasional dan internasional. Kolaborasi mereka dengan KSS dan Yayasan Kalimajari memperlihatkan model bisnis yang berpihak pada petani, kualitas, dan keberlanjutan.

Produk “Raya Jembrana” hadir dalam tiga varian eksklusif: Chocolate Bar Bali 70%, Chocolate Bar Bali 60%, dan Chocolate Cracks – Jembrana Tropical Fruit.

Dengan karakter rasa tropis yang elegan dan proses produksi yang menjunjung tinggi kualitas, Pipiltin Cocoa tidak hanya menjual cokelat, tetapi menghadirkan pengalaman rasa Indonesia yang autentik — sebuah langkah nyata menjadikan cokelat Bali siap bersaing di kancah dunia.