Orang Indonesia Konsumsi Garam Dua Kali Lipat dari yang Disarankan, Padahal Biang Kerok Stroke Hingga Penyakit Jantung
- Pixabay
Lifestyle – Rata-rata orang Indonesia mengonsumsi garam dua kali lipat dari batas yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 5 gram atau sekitar satu sendok teh per hari. Bahkan, 5 dari 10 orang Indonesia melebihi angka tersebut.
Padahal konsumsi garam berlebih bisa berdampak buruk untuk kesehatan yang berujung pada penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kanker, stroke dan masih banyak lagi.
Spesialis gizi klinik RS Premier Bintaro, dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, menjelaskan bahwa penyakit degeneratif merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan kerusakan dan penurunan fungsi sel, jaringan, atau organ tubuh seiring waktu, yang umumnya dipicu oleh penuaan dan gaya hidup tidak sehat.
“Salah satu contohnya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering kali berawal dari hipertensi, yakni kondisi tekanan darah yang terus-menerus melebihi batas normal. Salah satu faktor pemicunya adalah konsumsi garam berlebih,” ungkap dr Yohan dalam keterangannya, dikutip Kamis 2 Oktober 2025.
Indra Nurcahyo, Head of Human Resources Department – PT Ajinomoto Indonesia, mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut caranya bisa dengan Bijak Garam yang menawarkan solusi cermat dengan mengurangi penggunaan garam pada saat memasak makanan, dan menambahkan sedikit monosudium glutamate (MSG).
“Dengan cara ini, asupan natrium kita berkurang, dan cita rasa makanan yang kita konsumsi tetap lezat. Mengapa bisa demikian? Karena faktanya, jika dibandingkan dengan garam dapur biasa, kandungan natrium dalam MSG itu hanya sepertiganya saja, lebih sedikit,” tuturnya.
Indra melanjutkan, kampanye Bijak Garam sendiri bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengurangi konsumsi garam guna menurunkan risiko hipertensi, tanpa mengorbankan cita rasa.
“Cukup gunakan 1 sendok teh garam dan ½ sendok teh MSG untuk 1 liter air atau kuah masakan,” sarannya.
Selain itu, menurut Indra, program attractive programs which can change our employee healthy behaviour’ perlu digalakkan di perusahaan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di kalangan karyawan.
“Program ini terbukti efektif, ditandai dengan peningkatan signifikan pada health age yang tercermin dari hasil Medical Check Up (MCU) karyawan setiap tahunnya,” ujarnya.
“Selain itu juga dapat dilihat perubahan pola makan gizi seimbang, yang tumbuh melalui partisipasi aktif dalam program edukatif tersebut. Selain itu terdapat kegiatan pendukung berupa Fun & Health Activities, yang mencakup kegiatan ‘exercise’ dan lose weight challenge’. Sinergi antara edukasi dan aktivitas fisik ini mendorong karyawan untuk lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, sehingga berdampak positif terhadap kondisi kesehatan karyawan serta peningkatan produktifitas kerja secara menyeluruh,” sambungnya.
Keberhasilan program ini disampaikan langsung oleh Wakil Sekretaris Pengurus Pusat IDKI, dr. Rafael Nanda R, MKK. Ia menyampaikan bahwa implementasi program tersebut di Ajinomoto telah memberikan dampak positif yang signifikan.
“Kami melihat adanya peningkatan hasil Medical Check-Up (MCU) karyawan setelah mengikuti program ini. Ini menunjukkan bahwa edukasi yang konsisten dan pendekatan yang terstruktur mampu mendorong perubahan perilaku sehat di tempat kerja,” ujar dr. Rafael.
“Dalam upaya untuk terus meningkatkan kesehatan tubuh saat bekerja, penting juga bagi setiap pekerja untuk menjaga asupan konsumsi makanan harian yang lebih seimbang, tidak kurang, dan tidak berlebihan. Supaya, para karyawan dapat terhindar dari penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes yang sering kali tidak menunjukkan gejala yang spesifik,” imbuhnya.