Kenapa Orang Pendiam Bisa Meledak Lebih Dahsyat Saat Marah?

Ilustrasi marah-marah
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Bayangkan teman atau kolega yang sehari-hari dikenal kalem, jarang bicara, bahkan sering tersenyum sopan. Lalu suatu hari, ia tiba-tiba berteriak, membanting pintu, atau melontarkan kata-kata yang menusuk. Kejadian ini sering mengejutkan orang sekitar karena sama sekali tak terlihat tanda-tanda sebelumnya.

Sahabat atau Musuh Terselubung? 5 Tanda Persahabatan Sudah Nggak Sehat

Fenomena ini ternyata bukan sekadar drama emosi, melainkan ada penjelasan psikologis dan biologis di baliknya. Menurut penelitian, orang pendiam yang terbiasa menahan perasaan justru berisiko meledak lebih hebat saat marah. Hal ini ditegaskan oleh psikolog dari Ohio State University yang telah puluhan tahun meneliti topik agresi dan kemarahan, Prof. Brad J. Bushman.

Orang pendiam cenderung tidak langsung mengekspresikan kemarahan. Mereka memilih diam, menunduk, atau mengalihkan topik. Namun, menahan ekspresi bukan berarti emosi hilang.

5 Rahasia Membaca Pikiran Orang Tanpa Mereka Sadar  Dijamin Bikin Kamu Lebih Berhati-hati Berteman!

Tubuh tetap mengalami perubahan fisiologis saat marah detak jantung meningkat, otot menegang, dan sistem saraf siaga. Jika kondisi ini tidak diurai, emosi justru menumpuk. Ibarat kompor yang tetap menyala dengan panci tertutup rapat semakin lama semakin mendidih hingga akhirnya meledak.

Sebuah meta-analisis pada tahun 2024 yang melibatkan 154 studi dengan lebih dari 10.000 partisipan menemukan hal penting aktivitas yang menurunkan arousal (seperti pernapasan dalam, meditasi, atau relaksasi) terbukti efektif menurunkan marah dan agresi. Sebaliknya, aktivitas yang menaikkan arousal (misalnya memukul samsak sambil membayangkan orang yang membuat marah) tidak membantu, bahkan bisa memperburuk keadaan.

Kenapa Justru Orang Pendiam Rentan Meledak?

Rasanya Ingin Mukul Bos Pas Dia Marah-marah? Mungkin Ini Penjelasan Psikologisnya

Ada beberapa alasan kenapa orang pendiam kerap “terlihat tenang” tapi berbahaya saat marah:

  1. Ekspresi minim. Orang sekitar sulit membaca tanda-tanda kalau ia sedang jengkel atau tersinggung. Akibatnya, masalah menumpuk tanpa ada yang menyadari.
  2. Takut konflik. Banyak orang pendiam menahan emosi karena tidak ingin menimbulkan pertengkaran.
  3. Perfeksionisme atau standar tinggi. Mereka memilih diam meski tidak setuju, tetapi di dalam hati terjadi pergolakan.

Ketika beban sudah terlalu banyak, ledakan bisa terjadi hanya karena pemicu kecil. Misalnya, seorang karyawan pendiam yang terus dibebani pekerjaan tanpa protes, tiba-tiba marah besar hanya karena mendapat revisi ringan dari atasannya.

Meluruskan Mitos: Melampiaskan Amarah Bikin Lega?

Banyak orang percaya, kalau marah sebaiknya dilampiaskan agar plong. Entah dengan memukul bantal, berteriak, atau meninju samsak. Namun riset justru membantah mitos ini.

“Meluapkan amarah untuk meredakannya ibarat menuangkan bensin untuk memadamkan api bukannya padam, malah semakin besar,” jelas Prof. Brad J. Bushman.

Ia menegaskan, strategi yang benar bukan meningkatkan arousal, melainkan menurunkannya. Setelah tubuh tenang, barulah seseorang bisa berpikir jernih dan mengomunikasikan masalah dengan sehat.

Tanda-Tanda Bahaya Laten pada Orang Pendiam

Ledakan marah orang pendiam biasanya tidak datang tiba-tiba, hanya saja sinyalnya sering luput terbaca. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Sikap pasif-agresif, misalnya diam menghukum, menunda pekerjaan, atau membalas dengan sindiran halus.
  • Ledakan tidak proporsional, marah berlebihan hanya karena masalah kecil.
  • Gejala fisik, seperti rahang mengeras, bahu kaku, dan napas pendek.

Sayangnya, tanda ini sering disalahartikan orang lain sebagai “biasa saja” karena orang pendiam jarang mengekspresikan diri secara jelas.

Dampak Bila Dibiarkan

Kemarahan yang dipendam dan akhirnya meledak bisa menimbulkan konsekuensi serius:

  • Hubungan pribadi menjadi retak, karena orang sekitar merasa takut berinteraksi atau seperti berjalan di atas ranjau.
  • Lingkungan kerja terganggu, rekan kerja kehilangan kepercayaan karena reputasi “tak terduga”.
  • Kesehatan pun terdampak. Penelitian menunjukkan, marah kronis meningkatkan risiko hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan tidur. 

Jalan Keluar untuk Orang Pendiam

Kalau Anda termasuk tipe yang sering memendam marah, ada beberapa langkah praktis yang bisa dicoba:

  1. Turunkan arousal lebih dulu.

·         Coba teknik box breathing (tarik napas 4 detik, tahan 4 detik, buang 4 detik, tahan 4 detik).

·         Relaksasi otot progresif atau mandi air hangat.

·         Jalan santai di luar rumah, bukan olahraga intens yang justru menaikkan arousal.

  1. Tunda respons. Terapkan “aturan 30 menit”: jangan membalas pesan atau bicara saat emosi memuncak.
  2. Dekontruksi pikiran. Bedakan fakta dan interpretasi. Alih-alih berkata “kamu salah terus”, ubah menjadi “saya merasa butuh lebih banyak dukungan”.
  3. Komunikasi asertif setelah tenang. Gunakan kalimat dengan “saya” (“saya merasa…”), bukan menyalahkan pihak lain.

Dengan cara ini, kemarahan tidak berubah menjadi bom waktu, melainkan energi untuk menyelesaikan masalah dengan sehat. 

Cara Menghadapi Orang Pendiam yang Sedang Marah

Kalau Anda berhadapan dengan teman, pasangan, atau rekan kerja pendiam yang tampak marah, lakukan pendekatan yang tepat:

  • Jangan paksa bicara saat puncak emosi. Beri ruang dan waktu untuk menenangkan diri.
  • Validasi perasaan singkat. Katakan, “Aku ngerti ini bikin kamu kesal,” tanpa mengorek detail.
  • Gunakan bahasa tubuh tenang. Nada suara rendah, jaga jarak aman, jangan ikut terpancing.
  • Buat jembatan komunikasi. Misalnya, “Kalau kamu sudah siap, kita bisa ngobrol 15 menit.”
  • Tetapkan batasan. Jika perilaku marah sudah mengarah ke intimidasi, penting untuk menghentikan percakapan dan melibatkan mediator.

Dengan pendekatan ini, konflik tidak membesar, dan orang pendiam merasa lebih aman untuk mengekspresikan emosinya.