Fakta Mengejutkan, Mulut Pria Justru Lebih Tajam Saat Gosip daripada Wanita!

Ilustrasi pria gosip
Sumber :
  • iStock

Lifestyle –Bayangkan skenario ini sekelompok pria sedang nongkrong di warung kopi, membicarakan rekan kerja yang “katanya” akan dipromosikan. Satu komentar mengarah ke kritik tentang kinerjanya, yang lain menyindir soal sikapnya, dan ujung-ujungnya cerita semakin melebar ke hal-hal yang bahkan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Riset: Selalu Dianggap Buruk, Gosip Justru Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia!

Kita sering mendengar stereotipe bahwa wanita lebih suka bergosip. Tapi tahukah kamu, penelitian justru menunjukkan bahwa pria tidak kalah bahkan kadang lebih pedas ketika membicarakan orang lain di belakangnya?

Sebuah survei Onepoll di Inggris yang dilansir The Telegraph menemukan bahwa pria menghabiskan rata-rata 76 menit sehari bergosip, lebih lama dibandingkan wanita yang rata-rata hanya 52 menit. Banyak yang terkejut karena selama ini gosip identik dengan perempuan. Namun data ini menunjukkan realitas berbeda.

5 Strategi Efektif Membangun Branding dan Jaringan Profesional Berkualitas di LinkedIn

Psikoterapis klinis Janet Zinn dalam wawancaranya dengan The Ladders juga membenarkan temuan ini.

“Pria terlibat dalam gosip negatif yang merendahkan (tear‑down gossip) sama banyaknya dengan wanita. Bedanya, wanita lebih banyak melakukan gosip netral yang sifatnya berbagi informasi,” jelas Zinn.

Bisa Nggak Sih Cowok dan Cewek Berteman Tanpa Baper? Ini Kata Psikolog!

Artinya, pria sama aktifnya dalam bergosip, tapi fokusnya sering lebih tajam dan berpotensi merusak reputasi seseorang.

Siapa yang Lebih Sering Bergosip? Data Bicara

Banyak penelitian membongkar mitos bahwa hanya wanita yang suka gosip. Studi klasik dari Levin & Arluke (1985) menemukan bahwa meskipun wanita lebih sering membicarakan teman dekat dan keluarga, tingkat gosip merendahkan (negative gossip) yang mereka lakukan sebenarnya tidak lebih tinggi dibandingkan pria.

Studi terbaru dari University of California Riverside yang dimuat di University of California News juga mengungkapkan bahwa wanita memang lebih sering terlibat dalam gosip netral untuk sekadar berbagi informasi, tapi pria sama aktifnya dalam gosip yang bernada menjatuhkan.

Dengan kata lain, gosip bukan hanya hobi wanita. Pria juga melakukannya, bahkan dengan cara yang bisa terasa lebih menusuk.

Mengapa Gosip Pria Bisa Lebih 'Sadis'?

Menurut Janet Zinn, ada alasan psikologis yang melatarbelakangi mengapa gosip pria bisa terasa lebih keras.

“Bagi pria, gosip negatif sering kali digunakan sebagai strategi untuk memperoleh status atau dominasi sosial,” kata Zinn.

Pria cenderung memanfaatkan gosip untuk memperkuat posisi mereka dalam kelompok. Dengan menjatuhkan reputasi orang lain, mereka berharap citra dirinya akan meningkat. Hal ini terutama terlihat di lingkungan kerja atau komunitas yang kompetitif.

Psikolog klinis Tricia Wolanin juga mendukung temuan ini. Dalam wawancara yang sama, ia menjelaskan bahwa pria sering menggunakan gosip sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pengakuan atau kekuasaan.

Gaya dan Konteks Gosip Pria

Perbedaan lain yang terlihat adalah di mana gosip itu dilakukan. Survei Onepoll menemukan bahwa pria lebih banyak bergosip di lingkungan kerja atau komunitas sosial, sementara wanita cenderung bergosip di rumah atau bersama keluarga.

Topik yang dibahas juga berbeda. Pria lebih sering membicarakan:

  • Promosi dan karier rekan kerja
  • Pendapatan atau gaji
  • Persaingan bisnis atau prestasi
    Sedangkan wanita lebih banyak membicarakan hubungan sosial, penampilan, dan gosip selebriti.

Lantaran topiknya menyangkut reputasi dan status sosial, gosip pria bisa lebih berisiko dan berpotensi mempengaruhi kehidupan orang yang digosipkan.

Motif Psikologis: Status, Ego, dan Dominansi

Dari sudut pandang psikologi evolusioner, pria berada dalam kompetisi sosial yang lebih terbuka. Mereka cenderung menggunakan cara-cara langsung untuk mendapatkan posisi dominan. Gosip negatif adalah salah satu senjata yang mereka gunakan.

Seorang psikolog sosial dengan socioanalytic theory-nya, Robert Hogan, menjelaskan bahwa reputasi adalah alat penting untuk bertahan dalam masyarakat. Gosip digunakan untuk memengaruhi reputasi orang lain agar posisi diri sendiri tetap aman atau bahkan naik.

Sementara itu, wanita lebih sering menggunakan gosip sebagai cara memperkuat ikatan sosial dengan sesama. Jadi meskipun keduanya sama-sama bergosip, tujuannya bisa berbeda.

Dampak Sosial dan Emosional

Pria yang terlalu sering bergosip negatif bisa mengalami dampak serius dalam jangka panjang.

  • Merusak hubungan profesional: Di tempat kerja, gosip bisa membuat rekan kerja tidak percaya atau bahkan menjaga jarak.
  • Menciptakan lingkungan beracun: Ketika gosip menyebar luas, tim atau kelompok bisa terpecah.
  • Membentuk reputasi buruk: Orang yang dikenal suka menjatuhkan lewat gosip cenderung dipandang negatif, dan ini bisa memengaruhi karier maupun hubungan sosial mereka sendiri.

Janet Zinn juga mengingatkan bahwa gosip seringkali menjadi pelampiasan emosi bagi pria yang tidak terbiasa mengekspresikan perasaan secara terbuka.

“Dengan membicarakan orang lain, mereka bisa memproses konflik batin atau kecemasan mereka sendiri tanpa harus benar-benar membuka diri,” ujarnya.

Namun, jika cara ini tidak dikendalikan, dampaknya bisa merugikan banyak pihak.