Kenapa Tidur Jadi Sulit Saat Menopause? Ini Penjelasan Medis dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi menopause
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Bayangkan Anda terbangun di tengah malam, berkeringat dingin, padahal suhu kamar terasa normal. Anda mencoba kembali tidur, tapi pikiran justru berkelana, jantung berdetak lebih cepat, dan mata tak kunjung terpejam. Ini bukan sekadar mimpi buruk—bagi banyak perempuan, ini adalah kenyataan sehari-hari saat memasuki fase menopause.

Jangan Abaikan! Ini 10 Tanda Awal Menopause yang Sering Dianggap Sepele, Nomor 10 Sering disalah Artikan!

Menopause bukan hanya tentang berhentinya siklus menstruasi; ia membawa serangkaian perubahan biologis yang signifikan, salah satunya adalah gangguan tidur. Banyak perempuan yang sebelumnya tak pernah memiliki masalah tidur, tiba-tiba mengalami insomnia, tidur gelisah, atau sering terbangun di malam hari. Apa sebenarnya yang terjadi dalam tubuh saat menopause, dan mengapa kualitas tidur ikut terdampak?

Menopause dan Tidur: Sebuah Hubungan yang Kompleks

Menopause terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi dua hormon utama: estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini memainkan peran penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk suasana hati, suhu tubuh, dan siklus tidur-bangun. Saat kadar estrogen menurun, kemampuan tubuh untuk mengatur suhu pun terganggu. Inilah yang menyebabkan hot flashes atau sensasi panas mendadak, sering kali disertai keringat berlebih di malam hari, yang bisa membangunkan Anda dari tidur nyenyak.

10 Cara Frugal Living di Kota Besar Tanpa Harus Jadi Anti-Sosial, Warga Jabodetabek Bisa Cobain!

Lebih dari itu, estrogen juga membantu memelihara keseimbangan neurotransmitter seperti serotonin dan melatonin—dua zat kimia otak yang berperan langsung dalam proses tidur. Ketika keseimbangan ini terganggu, kualitas tidur pun menurun secara signifikan. Penurunan progesteron juga tidak kalah penting. Hormon ini memiliki efek menenangkan secara alami, dan ketika kadarnya merosot, banyak perempuan menjadi lebih gelisah dan sulit merasa rileks saat malam tiba.

Sebagai dampak lanjutan, kadar kortisol atau hormon stres bisa meningkat, terutama jika perempuan mengalami tekanan emosional atau fisik selama masa transisi ini. Kortisol yang tinggi justru menstimulasi otak untuk tetap aktif, menyebabkan kesulitan tidur meskipun tubuh merasa lelah.

Ketika Kurang Tidur Jadi Masalah yang Lebih Besar

Halaman Selanjutnya
img_title
Wisata Mistis di Bali, Mayat Tergeletak di Alam Terbuka Tanpa Bau, Ini Rahasianya