Gosipin Orang Terus, Kenapa Kita Sering Ngerasa Gosip Itu Produktif?
- iStock
Meskipun terasa memuaskan, terlalu sering bergosip bisa menimbulkan konsekuensi negatif, lho. Pertama, tentu saja dari segi waktu dan energi. Coba hitung berapa jam yang terbuang hanya untuk membahas hidup orang lain waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk refleksi diri, belajar hal baru, atau sekadar istirahat.
Dampak lain adalah reputasi. Orang yang dikenal suka gosip bisa kehilangan kepercayaan dari teman sendiri. Bahkan, bisa jadi target gosip balik. Lebih dari itu, secara psikologis, gosip yang berlebihan bisa menimbulkan rasa bersalah, kecemasan, atau overthinking soal “tadi aku ngomong terlalu banyak nggak, ya?”
Jadi, Apakah Semua Gosip Itu Buruk?
Tidak selalu. Frank membedakan dua jenis gosip:
- Prosocial gossip – Tujuannya untuk melindungi orang lain atau memperbaiki lingkungan sosial. Misalnya, “Jangan kasih pinjam uang ke dia dulu, dia belum bayar temen kita yang lain.”
- Malicious gossip – Bertujuan merendahkan, mempermalukan, atau mencari hiburan dari penderitaan orang lain.
Gosip jenis pertama sebenarnya bisa membantu masyarakat tetap aman dan berfungsi dengan baik. Tapi gosip jenis kedua yang bersifat jahat bisa merusak hubungan dan lingkungan sosial. Jadi, yang penting bukan hanya gosip atau enggak, tapi niat dan dampaknya.