Catat, Gen Z! Ini 7 Red Flag di Dunia Kerja yang Harus Dihindari
- Freepik
Lifestyle – Generasi Z dikenal sebagai generasi yang adaptif terhadap teknologi, kreatif, dan penuh semangat. Kehadiran mereka membawa warna baru dalam dunia kerja modern. Namun di balik keunggulan tersebut, tak sedikit perusahaan yang merasa perlu lebih banyak beradaptasi dengan karakter khas Gen Z yang dianggap berbeda dibanding generasi sebelumnya.
Beberapa sifat dan sikap kerja Gen Z bahkan dinilai bisa menjadi hambatan dalam perkembangan karier, terutama di lingkungan kerja yang masih memegang budaya kerja konvensional atau struktural.
Tanpa disadari, karakter-karakter ini bisa menimbulkan persepsi negatif di mata atasan atau rekan kerja. Agar karier Anda tidak terhambat, mari cermati tujuh sifat berikut yang sebaiknya dihindari di dunia kerja profesional.
1. Terlalu Cepat Ingin Promosi
Gen Z dikenal ambisius dan ingin segera melihat hasil. Namun, terlalu cepat ingin naik jabatan tanpa memahami proses dan struktur organisasi bisa dianggap sebagai kurang sabar atau tidak realistis. Perusahaan menghargai karyawan yang bertumbuh secara bertahap, dengan kontribusi nyata dan komitmen jangka panjang.
2. Kurang Tahan Tekanan
Lingkungan kerja seringkali penuh tekanan, terutama dalam deadline, target, dan ekspektasi tinggi. Sebagian Gen Z menunjukkan kecenderungan untuk cepat menyerah atau merasa overwhelmed saat menghadapi tekanan, yang membuat perusahaan mempertanyakan daya juangnya.
3. Terlalu Mengandalkan Fleksibilitas
Gen Z tumbuh di era digital dengan gaya kerja remote dan fleksibel. Namun, tidak semua perusahaan bisa atau mau beradaptasi secepat itu. Jika Anda terlalu menuntut fleksibilitas tanpa memahami budaya kerja perusahaan, hal ini bisa dianggap tidak profesional atau tidak menghormati aturan yang berlaku.
4. Komunikasi Kurang Formal
Komunikasi yang terlalu santai, terutama dalam email atau meeting resmi, bisa menciptakan kesan kurang menghargai hierarki atau norma profesional. Walau Gen Z terbiasa dengan gaya komunikasi cepat dan informal, perusahaan tetap menghargai etika komunikasi yang sopan dan profesional.
5. Enggan Bertahan Lama di Satu Tempat Kerja
Tren "job hopping" yang cukup umum di kalangan Gen Z sering kali dianggap sebagai kurangnya loyalitas. Meskipun berpindah kerja bukan hal tabu, terlalu sering ganti pekerjaan dalam waktu singkat bisa membuat HR mempertanyakan komitmen dan keseriusan Anda dalam berkarier.
6. Cepat Merasa Tidak Dihargai
Sebagian Gen Z sangat sensitif terhadap penghargaan dan pengakuan. Meski valid, keinginan ini bisa berdampak negatif jika berujung pada ekspektasi yang berlebihan terhadap pujian atau pengakuan yang instan. Dunia kerja tidak selalu menyediakan validasi secara langsung, dan kedewasaan emosional dibutuhkan untuk tetap bertahan.
7. Kurang Sabar Mengikuti Prosedur
Gen Z sering menginginkan perubahan cepat, termasuk dalam sistem kerja dan pengambilan keputusan. Sayangnya, tidak semua proses bisa dipercepat. Ketidaksabaran terhadap prosedur atau struktur birokrasi bisa membuat perusahaan melihat Anda sebagai pribadi yang kurang menghargai proses.
Menjadi bagian dari Gen Z bukanlah kelemahan—justru Anda punya potensi besar dalam dunia kerja modern. Namun, memahami nilai dan ekspektasi perusahaan tetap penting agar karier Anda tidak terhambat oleh sifat yang kurang disukai.
Dengan kesadaran dan kemauan untuk beradaptasi, Anda dapat mengubah persepsi tersebut dan menjadi aset berharga di tempat kerja mana pun.
Jika Anda ingin membuat kesan baik sejak awal, kuncinya adalah keseimbangan antara idealisme Gen Z dan etika profesional yang sudah lama diterapkan. Adaptif bukan berarti kehilangan jati diri, tetapi menunjukkan kematangan dalam membangun karier yang berkelanjutan.