Si 'Kutu Loncat' Jadi Incaran Startup, Kok Bisa?
- Freepik
Lifestyle – Fenomena kutu loncat atau pekerja yang sering berpindah perusahaan dalam waktu singkat biasanya mendapat stigma negatif. Banyak yang menilai hal ini mencerminkan kurangnya loyalitas serta ketidakmampuan untuk berkomitmen dalam jangka panjang.
Di dunia kerja modern, perusahaan rintisan (startup) malah memilih karyawan dengan riwayat bergonta-ganti tempat kerja. Hal tersebut lantaran startup memiliki cara kerja dengan ritme cepat, target ambisius, dan perubahan yang dinamis.
Situasi ini yang membuat si kutu loncat lebih menonjol di mata perusahaan rintisan karena dianggap pekerja memiliki daya adaptasi lebih tinggi. Pekerja yang terbiasa gonta-ganti pekerjaan sudah terlatih menghadapi lingkungan baru, budaya berbeda, hingga pola kerja yang berubah dengan cepat.
Bagi startup, kemampuan adaptasi seperti ini menjadi nilai tambah yang sulit tergantikan. Talenta kutu loncat biasanya lebih cepat “tune in” dengan ekosistem baru tanpa perlu waktu panjang untuk beradaptasi. Hal ini membuat mereka mampu langsung berkontribusi sejak awal bergabung.
Di samping memiliki daya adaptif yang tinggi, berikut keunggulan kutu loncat di mata perusahaan startup sehingga punya peluang lebih tinggi.
1. Portofolio Keterampilan yang Lebih Kaya
Setiap kali berpindah perusahaan, kutu loncat membawa pengalaman dan keterampilan baru. Mulai dari keahlian teknis, pemahaman pasar, hingga wawasan manajemen proyek lintas industri. Portofolio ini menjadi modal berharga yang bisa dimanfaatkan startup dalam membangun tim berkinerja tinggi.