Gen Z Dicap Kutu Loncat di Dunia Kerja, Untung atau Buntung?
- Freepik
Lifestyle – Generasi Z atau gen Z mulai mendominasi dunia kerja seiring usia yang sudah memasuki masa produktif. Sayangnya, kalangan yang lahir pada tahun 1997 hingga tahun 2010 ini melekat stereotip kutu loncat atau pekerja yang gemar berpindah tempat kerja dalam waktu singkat.
Label kutu loncat di para pekerja gen Z muncul karena mereka tidak ragu pindah kerja jika merasa tidak cocok dengan lingkungan, budaya kerja, atau sistem perusahaan. Sikao ini sangat jauh berbeda dengan kalangan milenial, gen Z hingga boomers yang lazimnya bertahan lebih lama dalam perusahaan selama bertahun-tahun bahkan hingga masa pensiun.
Faktor lain yang mendorong adalah karakteristik gen Z yang tumbuh di era digital. Di mana terbiasa dengan perubahan cepat membuat gen Z lebih adaptif sekaligus memiliki ekspektasi tinggi terhadap keseimbangan hidup, nilai, dan makna dari pekerjaan.
Sisi Positif Stereotip Kutu Loncat
Meski sering dianggap negatif, berpindah pekerjaan juga bisa memiliki sisi positif bagi Gen Z, antara lain:
- Adaptif dan cepat belajar
Gen Z terbiasa menghadapi perubahan. Perpindahan kerja membuat mereka semakin luwes dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat mempelajari hal-hal baru. - Mencari nilai dan makna kerja
Bagi gen Z, pekerjaan bukan hanya soal gaji. Mereka ingin bekerja di tempat yang sejalan dengan nilai hidup, keseimbangan pribadi, dan aspirasi masa depan. - Berani eksplorasi karier
Sering berpindah pekerjaan memberi kesempatan memperluas pengalaman, keterampilan lintas bidang, hingga memperluas jaringan profesional.
Dengan langkah yang terukur, kutu loncat bisa menjadi strategi untuk membangun portofolio karier yang lebih kaya dan relevan dengan kebutuhan zaman.