Nasihat Timothy Ronald: 3 Kesalahan Fatal Investasi yang Bikin Cuan Seret
- Instagram: @timothyronaldd
Lifestyle – Usia remaja seringkali jadi waktu yang pas untuk mulai melek investasi. Semangatnya membara dengan ambisi ingin cepat-cepat punya passive income atau aset masa depan. Antusiasme tanpa strategi yang tepat justru bisa berujung pada kerugian.
Timothy Ronald, miliarder muda Indonesia, secara blak-blakan mengungkapkan pengalaman suram saat berinvestasi di usia remaja. Ia mengakui melakukan kesalahan fatal saat baru terjun ke dunia investasi di usia 18 tahun.
Pengalaman Timothy menjadi ‘rambu’ bagi Anda, khususnya investor muda, untuk bijak dan cerdas dalam berinvestasi. Timothy menekankan sukses di dunia investasi itu bukan cuma soal modal atau teori, tapi juga soal mindset dan kemampuan memilah informasi.
Jangan sampai niat baikmu untuk berinvestasi malah jadi bumerang. Berikut tiga kesalahan terbesar yang dilakukan Timothy Ronald yang harus Anda tahun supaya terhindar dan tidak membuat cuan mandek.
1. Pelit
Kesalahan paling mendasar yang diakui Timothy adalah mentalitas super duper pelit yang sangat ekstrem. Di usia 18, ia punya pandangan bahwa uang itu sangat sulit dicari dan harus dihemat mati-matian bahkan sampai membatasi diri dari pengeluaran yang sebenarnya bisa jadi investasi produktif.Timothy rela membeli ponsel murah padahal mampu beli iPhone keluaran terbaru hanya karena berpikir uangnya hanya untuk investasi.
Sikap pelit ini menjadi keliru karena hidup terlalu hemat justru menghambat potensi pertumbuhan yang lebih besar. Timothy sadar, kalau saja dia rela mengeluarkan sedikit lebih banyak untuk alat yang lebih baik, misalnya membeli gawai terbaru bisa meningkatkan produktivitasnya, networking, dan potensi penghasilan dia justru bisa melejit. Boleh saja hemat asalkan jangan sampai jadi kikir yang menghambat perkembangan diri atau peluang emas.
2. Mendengarkan Semua Saran
Di era informasi melimpah, nasihat investasi bisa datang dari mana saja. Timothy mengakui bahwa di awal perjalanan investasinya, dia tidak punya sistem filter yang jelas untuk memilah saran mana yang benar dan relevan. Semua nasihat tentang diversifikasi, konsentrasi portofolio, atau jenis aset tertentu, ia telan mentah-mentah tanpa analisis kritis atau penyesuaian dengan kondisi pribadinya.
Setelah sukses sebagai investor, Timothy menyadari bahwa sikap menerima semua saran tidak sepenuhnya baik. Setiap saran investasi punya konteksnya sendiri. Apa yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok untukmu.
Tanpa filter, Anda berisiko mengikuti strategi yang tidak sesuai dengan profil risikomu, tujuan keuanganmu. Timothy bahkan menyebut, saran yang seharusnya menavigasi ke jalan kesuksesan jusru berpotensi menjerumuskan Anda. Kritis dan riset mandiri itu wajib!
3. Asah Skill
Setelah merenungi kesalahannya, Timothy sampai pada kesimpulan yang revolusioner: investasi terbaik adalah pada skill atau kemampuan diri sendiri. Ia bahkan rela menarik sebagian uang yang sudah diinvestasikan di aset finansial untuk dialokasikan pada peningkatan skill dan networking.
Menurut Timothy, dengan meningkatkan skill akan meningkatkan potensi pendapatan juga ikut naik. Ketika penghasilan naik maka Anda bisa menginvestasikan jumlah yang jauh lebih besar ke aset finansial.
Ini adalah lingkaran positif. Di mana skill tinggi akan memperoleh pendapatan tinggi selaras nilai investasi bisa lebih besar sehingga hasil keuntungan yang Anda peroleh lebih optimal. Jadi, jangan ragu berinvestasi pada dirimu sendiri.