Tak hanya 'In This Economy', Ini 8 Istilah Finansial Viral yang Wajib Anda Tahu di Era Ekonomi Modern
- Freepik
Lifestyle – Di era digital yang terus berkembang, literasi finansial menjadi kunci untuk mencapai stabilitas dan kebebasan finansial. Media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan X, telah menjadi sarana populer bagi Gen Z dan milenial untuk berbagi tips keuangan, tren investasi, hingga sindiran halus tentang perilaku konsumtif.
Akibat dari peran aktif generasi muda menggunakan media sosial menciptakan istilah finansial yang viral di media sosial. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tren, tetapi juga pola pikir baru dalam mengelola uang. Sl
Salah satu istilah yang kini sering terdengar adalah "in this economy" yang merangkum tantangan keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Frasa yang secara harfiah berarti di situasi ekonomi saat ini kerap digunakan secara humoris maupun ungkapan sarkastik untuk menyoroti sulitnya mengelola keuangan di tengah inflasi, kenaikan harga, dan ketidakpastian ekonomi.
Frasa ini sering muncul di media sosial, seperti dalam meme atau komentar, untuk menggambarkan situasi di mana seseorang merasa sulit menabung, berinvestasi, atau bahkan memenuhi kebutuhan dasar karena tekanan ekonomi. Istilah in this economy juga mendorong kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan yang cerdas di tengah tantangan ekonomi global.
Selain itu, berikut 8 bahasa gaul dalam konteks finansial yang perlu Anda tahu. Istilah finansial yang sedang atau pernah viral untuk membantu Anda memahami dan mengelola keuangan dengan lebih bijak.
1. Tangga Ternak Uang
Konsep ini menggambarkan langkah-langkah sistematis untuk mengelola keuangan pribadi agar uang dapat berkembang melalui investasi dan pengelolaan yang bijak. Mirip seperti beternak hewan, ternak uang berfokus pada pengembangan aset secara berkelanjutan, seperti menabung, berinvestasi di saham atau reksa dana, dan mengelola utang.
Tujuannya adalah mencapai kebebasan finansial, terutama bagi anak muda yang ingin membangun kekayaan sejak dini. Istilah ini populer di kalangan konten kreator finansial di media sosial, yang sering membagikan panduan praktis untuk memulai.
2. Loud Budgeting
Istilah ala Gen Z yang mengacu pada kebiasaan terbuka tentang prioritas keuangan, seperti menolak pengeluaran yang tidak sesuai dengan rencana keuangan tanpa merasa bersalah. Ini mendorong budaya keuangan yang jujur dan suportif, serta membantu membangun komunitas yang saling mendukung untuk mencapai tujuan finansial
3. Doom Spending
Doom spending menggambarkan perilaku konsumtif sebagai pelarian dari stres atau kecemasan yang sering kali dipicu oleh krisis ekonomi, sosial, atau bahkan berita negatif. Misalnya, membeli barang mahal untuk merasa lebih baik di tengah ketidakpastian. Gen Z kini mulai beralih ke mindful spending, yaitu mengontrol pengeluaran dengan fokus pada kebutuhan, bukan keinginan, untuk mencapai stabilitas keuangan jangka panjang.
4. No Buy Challenge
Tren ini mengajak seseorang untuk tidak membeli suatu selama periode tertentu, misalnya sebulan atau setahun. No buy challenge bertujuan menghemat uang, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat. Banyak Gen Z mendokumentasikan tantangan ini di media sosial, berbagi tips dan pengalaman untuk menginspirasi orang lain.
5. Retail Investing
Retail investing merujuk pada investasi langsung oleh individu, seperti membeli saham, reksa dana, atau kripto, yang kini mudah diakses melalui platform digital seperti aplikasi investasi. Tren ini mencerminkan demokratisasi investasi, di mana anak muda dapat memulai dengan modal kecil.
Popularitas istilah ini di media sosial didorong oleh kisah sukses dan edukasi finansial. Namun, penting untuk berhati-hati agar tidak terjebak dalam investasi spekulatif hanya karena tren sesaat.
6. FOMO (Fear of Missing Out)
Dalam konteks finansial, FOMO adalah ketakutan kehilangan peluang investasi, seperti membeli saham atau kripto yang sedang naik karena ramai dibicarakan di media sosial. Sayangnya, FOMO sering mendorong keputusan impulsif tanpa analisis mendalam, meningkatkan risiko kerugian. Edukasi tentang riset investasi menjadi kunci untuk menghindari jebakan FOMO.
7. Latte Factor
Istilah latte factor mengacu pada pengeluaran kecil sehari-hari, seperti membeli kopi di kafe, yang jika diakumulasikan bisa menggerus anggaran. Istilah ini viral karena mendorong kesadaran untuk mengurangi pengeluaran tidak perlu dan mengalihkannya ke tabungan atau investasi. Misalnya, menghemat Rp50.000 per hari dari kopi bisa menghasilkan jutaan rupiah dalam setahun.
8. OKB dan OKL
OKB atau orang kaya baru merujuk pada orang yang baru menjadi kaya, sering dikaitkan dengan gaya hidup pamer kekayaan. Sementara OKL atau orang kaya lama (old money) adalah mereka yang sudah lama kaya dan dianggap lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Istilah ini sering digunakan di media sosial untuk menyindir atau membandingkan pola hidup finansial. Di samping mengingatkan pentingnya pengelolaan kekayaan yang bertanggung jawab.
Dengan memahami istilah-istilah ini, Anda dapat mengambil langkah konkret menuju kebebasan finansial, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi. Penting juga memahami prinsip dasar keuangan, seperti budgeting, investasi berbasis riset, dan pengendalian pengeluaran.