Bagaimana Pengaruh Makanan Saat Hamil Bisa Berdampak pada Kelahiran Anak?

Ilustrasi ibu hamil makan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Selama sembilan bulan yang menakjubkan, tubuh seorang ibu menjadi pusat kosmos bagi kehidupan baru. Setiap gigitan makanan yang dikonsumsi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sang ibu, tetapi secara harfiah adalah bahan bakar pembangun bagi janin yang sedang tumbuh pesat. Oleh karena itu, hubungan antara pola makan dan status gizi ibu hamil dengan hasil kelahiran anak adalah sebuah jalinan ilmiah yang krusial dan tak terpisahkan.  

Jauh melampaui sekadar pertambahan berat badan, kualitas nutrisi yang diasup ibu adalah penentu utama bagi pertumbuhan organ vital janin, perkembangan otak, dan kesiapan sang bayi untuk menghadapi kehidupan di luar rahim. Mengabaikan aspek ini dapat berujung pada serangkaian risiko komplikasi kelahiran yang berdampak jangka pendek maupun jangka panjang.

Jendela Emas 1000 Hari Pertama Kehidupan

Periode kehamilan adalah bagian awal dari "1000 Hari Pertama Kehidupan" (HPK), yang terbentang sejak konsepsi hingga anak berusia dua tahun. Masa ini dikenal sebagai periode emas, di mana laju perkembangan sel dan organ tubuh sangat tinggi dan rentan terhadap pengaruh lingkungan, khususnya nutrisi. Kecukupan nutrisi pada ibu hamil menentukan apakah janin menerima semua zat gizi mikro dan makro yang dibutuhkan untuk mencapai potensi genetiknya secara optimal.

Fungsi utama makanan bagi ibu hamil adalah:

Mendukung Pertumbuhan Janin: Menyediakan protein sebagai zat pembangun sel, lemak sehat untuk perkembangan otak dan sistem saraf, serta karbohidrat sebagai sumber energi.

Pembentukan Plasenta: Nutrisi yang baik memastikan plasenta, organ penyalur makanan dan oksigen dari ibu ke janin, terbentuk dan berfungsi secara optimal. Plasenta yang ukurannya kecil atau disfungsional karena gizi kurang akan mengurangi suplai nutrisi ke janin, memicu hambatan pertumbuhan.

Membangun Cadangan Ibu: Memastikan kesehatan ibu tetap terjaga dan memiliki cadangan nutrisi yang cukup untuk persalinan dan menyusui.

Risiko Kelahiran Akibat Defisiensi Gizi Maternal

Status gizi ibu hamil, yang diukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) pra-kehamilan dan pertambahan berat badan yang memadai selama kehamilan, memiliki korelasi signifikan dengan berbagai risiko kelahiran. Kekurangan asupan makanan atau kondisi Gizi Kurang pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko serius, termasuk:

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Ini adalah salah satu dampak paling umum dari status gizi buruk, terutama Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil. Ibu dengan KEK berisiko melahirkan bayi BBLR 8 hingga 10 kali lipat lebih besar.

BBLR terjadi karena kurangnya suplai energi dan protein yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin di dalam rahim (Intrauterine Growth Restriction/IUGR). Bayi BBLR memiliki risiko morbiditas dan mortalitas neonatal yang jauh lebih tinggi.

2. Cacat Bawaan dan Kelainan Organ

Defisit zat gizi mikro tertentu, terutama pada trimester pertama, dapat memicu kelainan kongenital:

Asam Folat (Vitamin B9): Kekurangan asam folat secara parah meningkatkan risiko Cacat Tabung Saraf (Neural Tube Defects) seperti anencephaly dan spina bifida. Anjuran asupan asam folat yang cukup, bahkan sejak masa prakonsepsi, sangat vital untuk pembentukan otak dan sumsum tulang belakang.

Yodium: Asupan yodium yang tidak memadai dapat menyebabkan Hipotiroid Kongenital pada bayi, yang jika tidak ditangani dapat mengganggu perkembangan kognitif dan tumbuh kembang.

Zat Besi, Zinc, Selenium: Kekurangan mineral ini berkorelasi dengan peningkatan risiko Penyakit Jantung Bawaan pada janin.

3. Kelahiran Prematur

Gizi buruk juga meningkatkan kemungkinan kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Kelahiran prematur membuat organ-organ bayi, seperti paru-paru dan otak, belum berkembang sempurna, sehingga memerlukan perawatan intensif dan berisiko mengalami komplikasi jangka panjang.

Dampak Jangka Panjang pada Perkembangan Anak

Pengaruh nutrisi prenatal tidak berhenti saat bayi lahir. Kondisi gizi yang kurang saat di dalam kandungan dapat memberikan dampak jangka panjang pada kesehatan dan kualitas hidup anak, yaitu:

  1. Stunting: Kekurangan nutrisi kronis sejak masa kehamilan (1000 HPK) merupakan penyebab utama stunting atau kondisi tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Stunting tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga perkembangan kognitif dan potensi akademik.
  2. Rendahnya Tingkat Kecerdasan: Nutrisi ibu adalah faktor utama dalam perkembangan otak janin. Defisit protein, zat besi, dan yodium dapat menghambat pembentukan dan fungsi otak secara permanen, sehingga bayi BBLR atau yang mengalami gizi buruk berpeluang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah.
  3. Risiko Penyakit Kronis Dewasa: Konsep Fetal Programming menunjukkan bahwa kondisi kekurangan gizi saat di dalam kandungan dapat memprogram metabolisme janin untuk beradaptasi. Adaptasi ini, yang disebut Thrifty Phenotype, dapat meningkatkan risiko anak menderita penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung di masa dewasa.

Keseimbangan Gizi Bukan Hanya Tentang Jumlah

Penting untuk dipahami bahwa pola makan ibu hamil harus seimbang dan berkualitas, bukan sekadar banyak secara kuantitas. Konsumsi yang berlebihan, terutama karbohidrat sederhana dan lemak tidak sehat, juga dapat menimbulkan masalah, seperti:

Peningkatan Risiko Diabetes Gestasional: Gula darah tinggi pada ibu dapat memicu pertumbuhan janin yang berlebihan (Makrosomia), yang membuat persalinan menjadi lebih sulit dan meningkatkan risiko cedera saat lahir.

Kelebihan Berat Badan (Obesitas): Berat badan ibu yang berlebihan juga berkaitan dengan risiko preeklamsia dan komplikasi kelahiran lainnya.