Padahal Isinya Sehat, Kenapa Burger Jadi Junk Food?

Ilustrasi burger
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleBurger, makanan cepat saji yang mendunia, sering kali menjadi pilihan favorit karena kepraktisannya dan cita rasanya yang menggugah selera. Dengan lapisan roti, daging, sayuran segar seperti selada dan tomat, serta tambahan saus, burger seolah menawarkan kombinasi nutrisi yang seimbang. Namun, mengapa makanan ini kerap dicap sebagai junk food? Padahal, bahan-bahan seperti sayuran dan daging mengandung nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan protein. 

Artikel kuliner ini akan mengupas tuntas alasan di balik stigma junk food pada burger, mulai dari kandungan nutrisinya, proses pengolahan, hingga faktor lain yang memengaruhi persepsi ini, sembari memberikan wawasan informatif bagi pecinta kuliner.

Komposisi Nutrisi dalam Burger

Secara umum, burger terdiri dari beberapa komponen utama: roti (bun), patty daging (sapi, ayam, atau ikan), sayuran seperti selada, tomat, dan bawang, serta tambahan seperti keju, saus mayones, atau saus tomat. Roti menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi, daging menyumbang protein dan lemak, sedangkan sayuran menawarkan serat, vitamin A, C, dan antioksidan. Secara teori, kombinasi ini tampak sehat dan seimbang.

Namun, kenyataannya, kandungan nutrisi burger sering kali tidak optimal. Roti burger, misalnya, biasanya terbuat dari tepung terigu olahan yang rendah serat dan tinggi karbohidrat sederhana, yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Patty daging, meskipun kaya protein, sering mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi, terutama jika digoreng atau diolah dari daging berlemak. 

Menurut studi dari Journal of the American Dietetic Association (2014), sebuah burger cepat saji rata-rata mengandung sekitar 500–700 kalori, dengan 30–40% kalori berasal dari lemak. Tambahan keju dan saus, seperti mayones, juga meningkatkan kandungan lemak dan natrium, yang jika dikonsumsi berlebihan dapat memengaruhi kesehatan jantung.

Proses Pengolahan yang Mengubah Nilai Gizi