Padahal Isinya Sehat, Kenapa Burger Jadi Junk Food?

Ilustrasi burger
Sumber :
  • Pixabay

Persepsi bahwa burger adalah junk food juga dipengaruhi oleh branding dan budaya populer. Restoran cepat saji sering memasarkan burger sebagai makanan indulgensi yang murah dan lezat, bukan sebagai pilihan sehat. Iklan-iklan yang menonjolkan burger berukuran besar dengan keju meleleh atau saus melimpah memperkuat citra burger sebagai makanan yang kurang sehat. Padahal, burger yang dibuat di rumah dengan bahan-bahan segar, seperti daging tanpa lemak, roti gandum, dan saus rendah lemak, bisa menjadi makanan yang bergizi.

Cara Membuat Burger Lebih Sehat

Untuk mengurangi stigma junk food pada burger, konsumen dapat mengambil langkah sederhana dalam memilih atau membuat burger yang lebih sehat. Pertama, pilih roti gandum utuh yang kaya serat untuk menggantikan roti putih olahan. Kedua, gunakan daging tanpa lemak, seperti dada ayam atau daging sapi rendah lemak, dan panggang atau bakar alih-alih menggoreng. 

Ketiga, tambahkan lebih banyak sayuran, seperti alpukat, bayam, atau jamur, untuk meningkatkan kandungan serat dan antioksidan. Keempat, ganti saus tinggi lemak dengan alternatif seperti yogurt rendah lemak atau saus tomat buatan sendiri.

Restoran cepat saji juga mulai menawarkan opsi burger yang lebih sehat, seperti burger vegetarian atau vegan, serta pilihan rendah kalori. Beberapa rantai makanan cepat saji kini menyediakan informasi nutrisi di menu mereka, memungkinkan konsumen untuk membuat pilihan yang lebih bijak. Misalnya, memilih burger tanpa keju atau saus tambahan dapat mengurangi kalori hingga 100–200 kalori per porsi.

Dampak Konsumsi Burger pada Kesehatan

Meskipun burger dapat mengandung bahan sehat, konsumsi berlebihan, terutama dari restoran cepat saji, dapat berdampak negatif pada kesehatan. Kandungan natrium yang tinggi dalam burger (sering kali lebih dari 1.000 mg per porsi) dapat meningkatkan risiko hipertensi.