Burnout Disangka Malas, Malas Disangka Burnout Mana yang Kamu Alami?
- Freepik
Lifestyle –Merasa lesu, susah fokus, dan motivasi kerja menurun bisa membuat siapa pun bertanya-tanya “Ini aku burnout atau cuma malas ya?” Pertanyaan ini wajar, karena gejalanya sering mirip tidak bersemangat, menunda pekerjaan, dan produktivitas menurun. Sayangnya, banyak orang salah menilai kondisi ini.
Ada yang sebenarnya burnout tapi merasa dirinya malas, atau sebaliknya. Padahal, memahami perbedaannya penting supaya penanganannya tepat. Burnout dan malas sama-sama bisa menghambat karier, tapi penyebab dan solusinya berbeda. Jadi, sebelum menghakimi diri sendiri, mari kita bedah perbedaan keduanya, mulai dari definisi, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Merasa lelah dan kehilangan motivasi, tapi bingung apakah ini tanda burnout atau sekadar malas? Kadang memang sulit membedakannya. Menyelami pikiran dan perasaan Anda bisa membantu menemukan jawabannya. Dua istilah ini sering disamakan dan digunakan bergantian, padahal sebenarnya berbeda.
Meski penyebabnya tidak sama, dampaknya bisa mirip penurunan produktivitas. Jika dibiarkan, keduanya dapat mengancam karier yang sedang berkembang. Kalau Anda merasa tidak bisa sepenuh hati dan fokus bekerja, serta kesulitan membedakan apakah ini burnout atau malas, saatnya mencari tahu lebih dalam.
Apa itu burnout?
Melansir laman Times of India, burnout terjadi ketika seseorang mengalami stres berkepanjangan dan tekanan tenggat waktu, hingga akhirnya benar-benar kehabisan energi. Pada titik ini, mereka tak lagi mampu bekerja secara efektif.
Dari luar, orang lain mungkin menganggap mereka malas, karena terlihat melambat dan tidak menyelesaikan tugas tepat waktu. Padahal, bukan karena tidak mau, tetapi karena tubuh dan pikiran sudah sangat lelah. Bahkan jika awalnya ada semangat menyelesaikan pekerjaan, rasa lelah yang terus menumpuk dari upaya menjaga performa bisa membuat seseorang menyerah begitu saja.
Apa itu malas?
Malas muncul dari ketidakmauan untuk berusaha, meski sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukannya. Kurangnya motivasi dapat memicu kebiasaan menunda, energi rendah, dan perilaku menghindar. Akibatnya, orang cenderung memilih zona nyaman daripada peluang untuk berkembang. Mereka mungkin mencari kesenangan instan dibanding tenggelam dalam pekerjaan yang bermakna, sehingga terjebak dalam pola kemalasan.
Cara mengatasi malas dan burnout
- Pahami akar masalahnya
Burnout biasanya muncul karena stres yang berkepanjangan, pekerjaan berlebihan, atau kelelahan emosional. Malas sering muncul karena kurang motivasi, tujuan yang tidak jelas, atau takut gagal. Tanyakan pada diri sendiri "Apakah saya lelah karena terlalu banyak bekerja atau karena saya tidak terhubung dengan apa yang harus saya lakukan?" - Istirahat vs reset
Jika burnout, yang dibutuhkan adalah pemulihan sesungguhnya tidur cukup, libur, dan ruang untuk menenangkan pikiran. Jika malas, cobalah reset pola pikir lawan rasa malas dengan langkah kecil. Jangan sampai tertukar antara istirahat dan menunda pekerjaan yang satu memulihkan energi, yang lain justru mengurasnya. - Buat micro-goals
Baik burnout maupun malas, tujuan yang terlalu besar bisa terasa memberatkan. Pecah menjadi langkah kecil yang mudah dicapai untuk membangun kembali semangat. Misalnya, tulis satu paragraf saja daripada memaksa menyelesaikan seluruh artikel. - Kembali pada tujuan awal
Burnout sering membuat kita lupa alasan memulai. Malas bisa jadi tanda bosan atau pekerjaan yang tidak sesuai. Tanyakan "Apakah ini masih membuat saya bersemangat atau memberi kepuasan?" Jika tidak, mungkin yang perlu diubah adalah tugasnya, bukan diri Anda. - Olahraga
Jalan kaki 10 menit saja bisa meningkatkan fokus dan energi. Aktivitas fisik membantu mengurangi stres dan mengusir rasa lesu di kepala—bisa jadi solusi untuk keduanya.