Nyeri Haid Tak Wajar Bisa Jadi Endometriosis, Kenali Gejala Nyerinya!

Ilustrasi nyeri haid tak biasa
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Bagi sebagian besar perempuan, datang bulan berarti bersiap menghadapi rasa tidak nyaman di perut bagian bawah, perubahan suasana hati, hingga pegal-pegal di seluruh tubuh. Namun, bagaimana jika nyeri haid begitu hebat sampai membuat Anda tak bisa beraktivitas, bolak-balik mengonsumsi obat pereda nyeri, bahkan harus izin kerja atau sekolah?

Jika Anda pernah atau sedang mengalaminya, bisa jadi itu bukan sekadar nyeri haid biasa. Salah satu penyebab utama dari nyeri haid yang intens dan berulang adalah endometriosis, penyakit yang sering tidak terdiagnosis padahal memengaruhi jutaan perempuan di dunia.

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan mirip dengan lapisan dalam rahim (endometrium)  yang tumbuh di luar rahim. Jaringan ini bisa tumbuh di ovarium, saluran tuba falopi, kandung kemih, usus, dan organ lainnya di sekitar panggul.

Setiap bulan, jaringan tersebut bereaksi terhadap perubahan hormon seperti halnya lapisan rahim—menebal, luruh, dan berdarah. Tapi karena letaknya di luar rahim, darah dan jaringan ini tidak bisa keluar dari tubuh dan akhirnya menyebabkan peradangan, rasa sakit, dan perlengketan organ.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar 10 persen perempuan usia subur mengalami endometriosis, namun sayangnya banyak yang tak menyadarinya hingga bertahun-tahun.

Endometriosis bukan hanya soal nyeri saat haid. Ia bisa memunculkan berbagai gejala lain yang sering diabaikan atau disalahartikan sebagai keluhan biasa. Gejalanya antara lain:

  • Nyeri haid sangat hebat, bahkan tak mereda dengan obat nyeri biasa.
  • Nyeri saat atau setelah berhubungan seksual.
  • Nyeri saat buang air besar atau kecil, terutama selama haid.
  • Pendarahan haid yang sangat banyak atau tidak teratur.
  • Kelelahan ekstrem, perut kembung, mual.
  • Masalah kesuburan atau sulit hamil.

Spesialis fertilitas dr. Steven Aristida, menjelaskan endometriosis terjadi ketika jaringan mirip lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim, seperti ovarium, saluran tuba, bahkan di belakang leher rahim. Masalahnya, jaringan ini tetap berdarah setiap bulan mengikuti siklus menstruasi, namun karena tidak bisa keluar dari tubuh, terjadilah peradangan, nyeri hebat, dan perlengketan organ yang dapat menghambat pembuahan.

“Banyak perempuan yang menormalisasi nyeri haid hebat, padahal itu bisa jadi tanda endometriosis. Apalagi kalau sampai mengganggu aktivitas, berhubungan intim terasa sakit, atau nyeri saat buang air. Itu tanda tubuh memberi sinyal,” ujar dr. Steven dari Klinik Bocah Indonesia

Kenapa Nyeri Haid Karena Endometriosis Terasa Sangat Menyiksa?

Rasa sakit akibat endometriosis berasal dari proses peradangan yang terus-menerus. Setiap kali menstruasi, jaringan endometriosis ikut berdarah dan menyebabkan luka di dalam tubuh. Lantaran tubuh tidak bisa mengeluarkannya, akhirnya terjadi penumpukan, jaringan parut (fibrosis), dan perlengketan antar organ. Bayangkan saja organ-organ di dalam perut seperti usus, rahim, dan ovarium saling menempel karena jaringan parut—tentu saja itu sangat menyakitkan.

Penyebab Endometriosis: Masih Misteri, Tapi Ada Petunjuk

Hingga kini, penyebab pasti endometriosis belum diketahui. Namun para ilmuwan dan dokter mengajukan beberapa teori:

  • Menstruasi retrograde: darah haid mengalir balik ke dalam rongga panggul melalui tuba falopi, bukan ke luar tubuh.
  • Faktor genetik: perempuan yang memiliki ibu atau saudara kandung dengan endometriosis lebih berisiko.
  • Gangguan sistem imun: tubuh gagal mengenali jaringan endometriosis sebagai sesuatu yang abnormal.
  • Paparan estrogen tinggi: karena estrogen memicu pertumbuhan jaringan ini.

Beberapa faktor risiko lainnya termasuk:

  • Menstruasi pertama di usia sangat muda.
  • Siklus haid pendek (kurang dari 27 hari).
  • Durasi haid lebih dari 7 hari.
  • Tidak pernah hamil.
  • Berat badan berlebih atau gaya hidup tidak aktif.

Salah satu masalah utama dalam endometriosis adalah diagnosis yang tertunda. Banyak perempuan yang mengira nyeri yang mereka alami adalah “nasib sebagai perempuan”. Bahkan, beberapa tenaga kesehatan juga menganggapnya sebagai hal biasa.

Sementara itu, Endometriosis Foundation of America mencatat bahwa rata-rata perempuan membutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun sejak gejala muncul hingga mendapatkan diagnosis yang tepat. Di sisi lain, dr. Stevan mengungkap yang membuat endometriosis berbahaya adalah sifatnya yang diam-diam merusak. Banyak perempuan baru mengetahui keberadaan kondisi ini saat mereka menjalani program kehamilan setelah bertahun-tahun mencoba.

Bahkan, kasus tanpa gejala bisa tetap menyebabkan kista, peradangan, dan penyumbatan saluran tuba yang menghambat kehamilan alami.Di sinilah pentingnya edukasi dan deteksi dini. Pemeriksaan rutin kesehatan reproduksi minimal setahun sekali sangat disarankan, bahkan bagi perempuan yang belum menikah atau belum aktif secara seksual.

Cara diagnosis endometriosis meliputi:

  • Wawancara medis tentang gejala dan riwayat menstruasi.
  • Pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis kandungan.
  • USG transvaginal atau MRI (meski tidak selalu bisa mendeteksi).
  • Laparoskopi, yaitu prosedur bedah kecil untuk melihat langsung dan mengambil sampel jaringan, adalah metode paling akurat.

Komplikasi Endometriosis Jika Tidak Ditangani

Endometriosis bukan hanya soal rasa nyeri. Jika dibiarkan, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti:

  • Infertilitas (ketidaksuburan): jaringan parut bisa mengganggu pelepasan dan penangkapan sel telur.
  • Kista ovarium: dikenal sebagai endometrioma, bisa tumbuh besar dan pecah.
  • Peningkatan risiko kanker ovarium: meski jarang, risikonya sedikit lebih tinggi.
  • Gangguan mental: depresi, kecemasan, dan stres akibat nyeri kronis dan kesulitan mendapat diagnosis.
  • Penurunan kualitas hidup: tak sedikit perempuan yang harus berhenti kerja, putus kuliah, atau sulit menjalin hubungan karena nyeri luar biasa.

Hidup dengan endometriosis adalah perjalanan jangka panjang. Tidak ada obat instan, tapi ada cara-cara untuk tetap bisa menjalani hari-hari dengan penuh kendali. Beberapa tips dari komunitas penyintas endometriosis:

  • Gunakan pelacak siklus haid agar bisa merencanakan aktivitas dan persiapan lebih matang.
  • Komunikasikan kondisi ini kepada pasangan, keluarga, dan atasan agar mereka memahami situasi Anda.
  • Bergabung dengan komunitas penderita endometriosis bisa memberikan dukungan emosional.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan diri ke dokter kandungan jika mengalami hal-hal berikut:

  • Nyeri haid yang membuat Anda tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
  • Perlu minum obat pereda nyeri secara berlebihan atau terus-menerus.
  • Nyeri saat berhubungan intim atau saat buang air selama haid.
  • Kesulitan untuk hamil setelah mencoba selama setahun.
  • Menstruasi tidak teratur dan darah sangat banyak setiap bulan.

Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang Anda untuk merasa lebih baik dan menjaga kesuburan.

Berkaitan dengan endometriosis dan kesuburan, Klinik Bocah Indonesia kembali menegaskan peran pentingnya dalam dunia fertilitas Indonesia. Lebih dari 22.000 pasangan telah mereka dampingi, dan lebih dari 400 bayi lahir melalui program bayi tabung (IVF). Klinik ini bukan hanya mengandalkan teknologi umum seperti IVF atau inseminasi buatan. Mereka menjadi satu-satunya klinik di Indonesia yang menerapkan teknologi EMBRACE (pembacaan lingkungan kultur embrio) dan ROSI (injeksi sperma imatur tingkat lanjut), yang membantu pasangan dengan kasus yang sangat kompleks. Endometriosis bukanlah akhir dari segalanya. Dengan edukasi, deteksi dini, dan dukungan medis yang tepat, harapan untuk menjadi orang tua tetap terbuka lebar.