Nggak Nyangka! Rumah Adat di Desa Sade Lombok Ini Masih Terjaga Keasliannya
- Jadesta Kemenparekraf
Lifestyle –Di tengah gencarnya pembangunan dan modernisasi di berbagai daerah, masih ada ruang yang mempertahankan identitas budaya dengan utuh. Salah satu contohnya adalah Desa Sade, yang terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa ini dikenal luas sebagai desa wisata yang menawarkan kekayaan budaya, arsitektur tradisional, dan nilai-nilai adat yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Desa Sade bukan hanya menjadi tempat tinggal masyarakat suku Sasak, tetapi juga menjadi destinasi unggulan dalam kategori desa wisata budaya di Indonesia. Keaslian rumah adat yang terbuat dari bahan alami serta aktivitas keseharian masyarakat yang masih selaras dengan warisan leluhur, menjadikan tempat ini menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Lokasi Strategis dan Aksesibilitas Mudah
Desa Sade berjarak sekitar 8 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, atau sekitar 30 menit perjalanan darat. Letaknya yang strategis membuat desa ini mudah diakses oleh wisatawan yang baru tiba di Lombok. Desa ini juga berada di jalur wisata populer karena dekat dengan kawasan Mandalika dan Pantai Kuta Lombok, sehingga sering menjadi destinasi persinggahan dalam paket wisata di Pulau Lombok.
Akses jalan menuju desa ini telah memadai, dengan banyak pilihan transportasi seperti kendaraan sewa, ojek wisata, hingga bus pariwisata yang terorganisasi oleh agen lokal.
Keunikan Arsitektur Rumah Adat
Rumah-rumah adat di Desa Sade dibangun dengan prinsip arsitektur tradisional suku Sasak. Material utama bangunan berasal dari alam, seperti bambu, kayu, alang-alang untuk atap, dan tanah liat untuk lantai. Salah satu tradisi unik adalah pelapisan lantai rumah dengan campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Campuran ini dipercaya mampu mengusir serangga, memperkuat struktur, serta menjaga suhu rumah tetap sejuk.
Bangunan khas lainnya adalah lumbung padi (dalam bahasa Sasak disebut "lumbung") yang memiliki atap runcing dan tiang-tiang penyangga tinggi. Fungsi lumbung ini masih aktif digunakan oleh masyarakat sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian.
Budaya dan Tradisi yang Masih Hidup
Desa Sade bukanlah desa yang sekadar mempertahankan bentuk fisik rumah adat, tetapi juga menjaga kehidupan budaya yang masih berfungsi aktif. Masyarakatnya menjalani kehidupan berdasarkan nilai adat suku Sasak yang diwariskan secara turun-temurun. Mulai dari sistem sosial yang kolektif, ritual keagamaan, hingga seni kerajinan seperti menenun.
Setiap perempuan di desa ini diwajibkan memiliki keahlian menenun sebelum menikah, dan hasil tenunan mereka sering dijajakan langsung kepada wisatawan. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan tari tradisional seperti Tari Peresean dan Tari Gendang Beleq, yang sering ditampilkan pada momen-momen tertentu atau untuk menyambut wisatawan dalam jumlah besar.
Testimoni dan Dampak Wisata
Wisatawan yang datang ke Desa Sade banyak yang mengaku terkesan dengan keaslian dan atmosfer budaya yang kuat. Mereka merasakan sensasi kembali ke masa lalu saat menyusuri lorong-lorong desa dengan deretan rumah adat yang masih berfungsi sebagaimana mestinya.
Bagi masyarakat lokal, perkembangan desa sebagai desa wisata memberikan dampak ekonomi yang signifikan, terutama melalui sektor kerajinan tangan, jasa pemandu lokal, serta homestay yang dikelola secara mandiri. Namun, mereka tetap berharap bahwa pengembangan pariwisata tidak mengubah esensi budaya yang telah lama dijaga.