5 Fakta Jembatan Ampera yang Jarang Diketahui, Lebih dari Sekadar Ikon Kota Palembang
- Indonesia Kaya
Lifestyle – Siapa yang tak kenal dengan Jembatan Ampera? Sebagai ikon Kota Palembang, siluetnya yang menjulang gagah di atas Sungai Musi telah menjadi pemandangan yang tak terpisahkan dari lanskap kota. Jutaan foto telah mengabadikan keindahan jembatan ini, terutama saat malam hari ketika lampu-lampu gemerlapnya menyala.
Namun, di balik popularitasnya sebagai objek wisata dan jalur penghubung vital, tersimpan sejumlah fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Jembatan Ampera bukan hanya sekadar struktur beton dan baja. Ia adalah saksi bisu sejarah, simbol perjuangan, dan representasi dari dinamika sosial-politik yang membentuk Indonesia modern.
Memahami fakta-fakta di baliknya akan memberikan perspektif baru tentang betapa berharganya Jembatan Ampera bagi Kota Palembang dan bangsa ini.
Berikut adalah lima fakta unik dan mendalam tentang Jembatan Ampera yang akan membuat Anda melihatnya dengan cara yang berbeda.
1. Nama Aslinya Bukan Ampera, Melainkan Jembatan Soekarno
Sebelum dikenal sebagai Jembatan Ampera, nama resminya adalah Jembatan Soekarno. Pemberian nama ini merupakan bentuk penghormatan kepada Presiden pertama Republik Indonesia yang memiliki andil besar dalam pembangunan proyek raksasa ini.
Pembangunan jembatan ini, yang dimulai pada tahun 1962, memang merupakan salah satu proyek ambisius di era Soekarno untuk menghubungkan dua wilayah penting di Palembang, yaitu seberang Ilir dan seberang Ulu.
Namun, setelah terjadi pergantian kekuasaan pada tahun 1966, jembatan ini diganti namanya menjadi Jembatan Ampera. Nama "Ampera" sendiri merupakan singkatan dari "Amanat Penderitaan Rakyat". Perubahan nama ini adalah bagian dari dinamika politik masa itu dan merupakan simbol dari semangat Orde Baru yang berupaya merepresentasikan aspirasi rakyat. Meskipun nama Jembatan Soekarno sudah tidak dipakai secara resmi, ia tetap menjadi bagian penting dari sejarah Jembatan Ampera yang perlu dikenang.
2. Sempat Dirancang Sebagai Jembatan Angkat (Drawbridge)
Fakta paling ikonik dan menarik dari Jembatan Ampera adalah desain aslinya yang merupakan jembatan angkat atau drawbridge. Pada awal perancangannya, bagian tengah jembatan ini dapat diangkat ke atas, memungkinkan kapal-kapal besar dengan tiang tinggi untuk melintas di bawahnya. Mekanisme pengangkatan ini menggunakan sistem bandul (pemberat) yang ditarik oleh dua menara di kedua sisi jembatan.
Proses pengangkatan dan penurunan ini memakan waktu sekitar 30 menit. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, sistem ini dianggap tidak efisien dan menghambat arus lalu lintas di atas jembatan. Operasi pengangkatan terakhir dilakukan pada tahun 1970-an, dan pada tahun 1990, sistem mekanik tersebut dinonaktifkan secara permanen. Meskipun tidak lagi berfungsi, keberadaan menara dan tiang pemberatnya masih terlihat hingga kini, menjadi pengingat dari desain revolusioner yang pernah dimiliki jembatan ini.
3. Pembangunannya Menggunakan Dana Rampasan Perang Jepang
Pembangunan Jembatan Ampera dibiayai oleh dana rampasan perang dari Jepang. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Jepang diwajibkan memberikan kompensasi kepada negara-negara yang menjadi korban agresinya, termasuk Indonesia. Dana ini dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek vital, salah satunya pembangunan Jembatan Ampera.
Dana tersebut tidak hanya digunakan untuk konstruksi, tetapi juga untuk mendatangkan para insinyur dari Jepang yang memiliki keahlian khusus dalam pembangunan jembatan besar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya proyek ini bagi pemerintah Indonesia saat itu, yang rela memanfaatkan sumber daya dari luar negeri untuk mewujudkan infrastruktur impian. Keterlibatan Jepang dalam proyek ini juga menjadi simbol dari hubungan diplomasi yang kompleks antara kedua negara pasca perang.
4. Merupakan Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara Saat Dibangun
Ketika pertama kali diresmikan pada tahun 1965, Jembatan Ampera memiliki panjang sekitar 1.177 meter. Angka ini menjadikannya jembatan terpanjang di Asia Tenggara pada masanya. Predikat ini menunjukkan ambisi besar Indonesia untuk membangun infrastruktur modern yang mampu bersaing di kancah internasional.
Meskipun saat ini banyak jembatan lain yang lebih panjang, rekor yang pernah dipegang oleh Jembatan Ampera ini adalah bukti dari capaian monumental dalam dunia konstruksi dan teknik sipil di Indonesia. Keberadaannya tidak hanya memfasilitasi mobilitas penduduk Palembang, tetapi juga menjadi kebanggaan nasional.
5. Sempat Mengalami Perubahan Warna Berulang Kali
Salah satu hal yang sering luput dari perhatian adalah perubahan warna Jembatan Ampera. Sejak pertama kali dibangun, jembatan ini sudah beberapa kali dicat ulang dengan warna yang berbeda. Awalnya, jembatan ini memiliki warna abu-abu. Namun, dalam perkembangannya, warnanya pernah berganti menjadi kuning, bahkan sempat ada kombinasi warna kuning dan merah.
Pada tahun 2017, pemerintah Kota Palembang memutuskan untuk mengecat ulang jembatan ini dengan warna merah terang, yang kini menjadi identitas barunya. Perubahan warna ini bukan hanya soal estetika, melainkan juga bagian dari upaya pemerintah untuk merevitalisasi dan memperindah ikon kota.
Warna merah yang sekarang menjadi ciri khas Jembatan Ampera juga memberikan kesan modern dan energik, menjadikannya lebih menarik di mata para wisatawan dan penduduk setempat.