Filosofi Bentuk Gedung DPR RI dari Ir. Soekarno, Lambang Kelamin Perempuan?
- MPR.go.id
Gedung ini akhirnya rampung pada 1 Februari 1983, menjadi kompleks parlemen seluas 80.000 meter persegi yang mencakup beberapa bangunan, seperti Gedung Nusantara, Gedung Nusantara I hingga V, Gedung Bharana Graha, dan Masjid Baiturrahman.
Filosofi Arsitektur Gedung Nusantara
Gedung Nusantara, bangunan utama dalam kompleks MPR/DPR/DPD, memiliki desain arsitektur yang sarat makna. Kubah hijau setengah lingkaran yang menjadi ciri khasnya sering disangka menyerupai tempurung kura-kura, tetapi sesungguhnya melambangkan kepakan sayap burung Garuda yang siap lepas landas.
Filosofi ini mencerminkan semangat kebangkitan dan kemajuan bangsa Indonesia. Desain ini lahir dari kolaborasi Soejoedi Wirjoatmodjo dan Ir. Sutami, yang mengintegrasikan prinsip struktur kantilever ala sayap pesawat untuk menciptakan kubah tanpa pilar penyangga, sebuah inovasi arsitektur pada masanya.
Menariknya, beberapa sumber menyebutkan bahwa Soekarno mengintegrasikan filosofi Hindu kuno dalam desain ini. Gedung DPR RI dikaitkan dengan simbol "Yoni," yang melambangkan alat kelamin perempuan, sedangkan Monumen Nasional (Monas) merepresentasikan "Lingga," simbol alat kelamin laki-laki.
Dalam konteks ini, Gedung DPR sebagai "Yoni" diibaratkan sebagai ibu yang melahirkan undang-undang, bekerja sama dengan eksekutif (diwakili Istana Merdeka dan Monas sebagai "Lingga"). Meski simbolisme ini tidak ditampilkan secara eksplisit, konsep tersebut mencerminkan harmoni antara legislatif dan eksekutif dalam sistem pemerintahan Indonesia.