Lokasi Munculnya Penampakan di Terowongan Kasablanka, Harus Klakson 3 Kali?
- Pixabay
Lifestyle –Terowongan Kasablanka yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, memiliki kisah misterius dan mistis yang sudah lama diyakini oleh masyarakat. Terowongan ini bukan sekadar jalur transportasi vital yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jatinegara, tetapi juga mencuri perhatian bagi para pecinta wisata horor.
Banyak sekali cerita yang beredar tentang jalan dan terowongan tersebut, mulai dari penampakan kuntilanak merah hingga sosok misterius tanpa kepala, lokasi ini dianggap sebagai salah satu tempat paling angker di ibu kota. Menyusul adanya cerita mistis mengenai terowongan Kasablanka, salah satu tradisi unik yang berkembang adalah anjuran untuk membunyikan klakson sebanyak tiga kali saat melintas, yang konon dilakukan sebagai tanda “permisi” kepada para penunggu gaib.
Artikel wisata ini akan mengupas sejarah, cerita mistis, dan fakta di balik Terowongan Kasablanka, memberikan wawasan mendalam bagi para wisatawan yang penasaran dengan sisi gelap tempat ini.
Sejarah Terowongan Kasablanka
Terowongan Kasablanka konon dibangun di atas lahan yang dulunya merupakan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo. Sebelum menjadi jalur transportasi modern, area ini dikenal sebagai lokasi kuburan massal.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, saat pembangunan terowongan dilakukan sejumlah makam terpsa dipindahkan. Namun, masyarakat setempat meyakini bahwa tidak semua arwah yang terkait dengan makam tersebut “berpindah” bersama pemindahan tersebut. Beberapa sumber menyebutkan bahwa salah satu jenazah yang ditemukan dalam kondisi utuh saat proses pemindahan menjadi cikal bakal cerita mistis di lokasi ini. Keberadaan pemakaman yang masih aktif di kanan dan kiri terowongan semakin memperkuat kesan angker tempat ini.
Pembangunan terowongan ini sempat menuai protes dari tokoh masyarakat setempat, yang mengkhawatirkan gangguan terhadap arwah yang bersemayam di area tersebut. Meski demikian, proyek pembangunan tetap dilanjutkan untuk mendukung kebutuhan transportasi di Jakarta yang kian padat.