Napak Tilas Tragedi Mengerikan Penerbangan Garuda 152, Tinggalkan Duka di Sibolangit
- Pixabay
Lifestyle –Pada 26 September 1997, sebuah tragedi penerbangan yang mengerikan mengguncang Indonesia. Penerbangan Garuda Indonesia 152, yang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Medan, jatuh di kawasan Sibolangit, Sumatera Utara, menewaskan seluruh 234 penumpang dan awak di dalamnya. Kejadian ini menjadi salah satu bencana penerbangan terburuk dalam sejarah Indonesia, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat.
Napak tilas ke lokasi tragedi ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional untuk mengenang peristiwa yang mengubah pandangan terhadap keselamatan penerbangan. Artikel wisata ini mengajak Anda menelusuri kembali peristiwa kelam tersebut, menyelami penyebab, dampak, dan makna historisnya bagi dunia penerbangan dan wisata memori di Sibolangit.
Latar Belakang Penerbangan Garuda 152
Penerbangan Garuda Indonesia 152 dioperasikan oleh pesawat Airbus A300-B4 dengan nomor registrasi PK-GAI. Pesawat ini lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, pada pagi hari menuju Bandara Polonia, Medan. Penerbangan ini merupakan penerbangan domestik rutin yang membawa 222 penumpang dan 12 awak pesawat. Namun, kondisi cuaca di Sumatera Utara saat itu sangat buruk akibat kabut asap tebal yang disebabkan oleh kebakaran hutan besar-besaran di wilayah tersebut. Kabut asap ini menjadi salah satu faktor kunci dalam tragedi yang terjadi.
Kronologi Kejadian
Pada pukul 13:13 waktu setempat, pesawat Garuda 152 memasuki wilayah udara Sibolangit, sekitar 32 kilometer dari Bandara Polonia. Saat itu, pesawat berada pada ketinggian rendah untuk persiapan pendaratan. Namun, kombinasi kabut asap yang mengurangi jarak pandang hingga di bawah standar keselamatan, komunikasi yang kurang jelas antara pilot dan pengatur lalu lintas udara (ATC), serta kemungkinan kesalahan navigasi, menyebabkan pesawat menyimpang dari jalur pendaratan yang benar.
Pesawat kemudian menabrak lereng bukit berhutan di kawasan Desa Buah Nabar, Sibolangit, pada ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut. Benturan keras menyebabkan pesawat hancur dan terbakar, tanpa menyisakan satu pun korban selamat.