Misteri Anak Berambut Gimbal di Dieng yang Diyakini Sebagai Titisan Roh Leluhur

Anak-anak di Dieng
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

Secara ilmiah, penyebab fenomena ini masih menjadi misteri. Beberapa peneliti menduga faktor genetik atau lingkungan, seperti kandungan mineral air Dieng yang tinggi, mungkin berperan. Namun, masyarakat setempat memiliki pandangan yang jauh lebih spiritual. Mereka meyakini bahwa anak-anak ini adalah titisan roh leluhur atau penjaga alam gaib Dieng, dipilih untuk membawa berkah bagi komunitas. Oleh karena itu, anak-anak berambut gimbal diperlakukan dengan penuh hormat, dengan pola pengasuhan yang memperhatikan kepekaan spiritual mereka.

Mitos dan Larangan: Menghormati Kehendak Leluhur

Kondisi Terkini Stasiun Manggarai yang Terkenal Angker

Kepercayaan lokal menyebutkan bahwa rambut gimbal tidak boleh dipotong sembarangan. Menurut mitos, pemotongan sebelum waktunya—yaitu ketika anak secara intuitif meminta rambutnya dipotong—dapat menyebabkan sakit berkepanjangan, kemalangan, atau bahkan gangguan gaib. Cerita tentang anak yang jatuh sakit setelah rambutnya dipotong secara paksa sering dibagikan di kalangan warga, menambah aura mistis fenomena ini.

Mitos ini diperkuat oleh kisah-kisah lisan yang beredar di X, seperti pengakuan seorang wisatawan pada 2024 yang mengaku mendengar “suara bisikan” di dekat Kawah Sikidang saat malam hari. Meski tidak ada bukti ilmiah, cerita-cerita ini memperkaya narasi spiritual Dieng, menjadikannya magnet bagi pencinta wisata horor dan budaya.

Ruwatan Rambut Gimbal: Ritual Sakral yang Menyentuh

Biaya Liburan ke Selandia Baru Selama Seminggu: Panduan Lengkap untuk Wisatawan

Ketika seorang anak berambut gimbal menyatakan keinginan untuk memotong rambutnya, keluarga wajib mengadakan Ruwatan Rambut Gimbal, sebuah upacara adat yang sarat makna spiritual. Ritual ini dipimpin oleh tetua adat atau dukun, dengan sesaji yang disesuaikan dengan permintaan anak—mulai dari makanan tradisional seperti gethuk, pakaian tenun, hingga barang unik seperti wayang kulit atau alat musik. Permintaan ini dianggap sebagai pesan dari roh leluhur, dan harus dipenuhi dengan tepat untuk menjaga harmoni spiritual.

Prosesi ruwatan biasanya melibatkan doa, nyanyian tradisional, dan pemotongan rambut di lokasi sakral, seperti dekat Kawah Sikidang atau candi-candi Dieng. Upacara ini tidak hanya menandai peralihan fase hidup anak, tetapi juga memperkuat ikatan komunitas. Dieng Culture Festival, yang diadakan setiap Agustus, sering menampilkan ruwatan massal, menarik ribuan wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi ini sambil menikmati seni budaya seperti tari topeng dan musik gamelan.

Halaman Selanjutnya
img_title
Rekomendasi Wisata Halal Selandia Baru, dari Kuliner hingga Memacu Adrenalin