Jejak Keberadaan Manusia Purba 50 Ribu Tahun Lalu Ada di Raja Ampat, Terungkap dari Bukti Ini!

Raja Ampat
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

LifestyleRaja Ampat, destinasi wisata alam terkenal di Papua Barat, Indonesia, tidak hanya memikat dengan keindahan terumbu karang dan laguna birunya, tetapi juga menyimpan rahasia sejarah manusia purba. Penemuan arkeologi terbaru di Gua Mololo, Pulau Waigeo, mengungkap bukti keberadaan Homo sapiens yang hidup 50.000–55.000 tahun lalu, menjadikannya salah satu situs tertua di kawasan Pasifik. 

Gak Cuma Punya Nikel, Inilah 5 Kekayaan Raja Ampat yang Harus Dijaga dari Kerusakan

Alat serpih, serut, dan lancipan tulang yang ditemukan menunjukkan aktivitas pengolahan tanaman dan interaksi dengan ekologi hutan tropis pesisir. Artikel ini mengajak Anda menjelajahi nilai sejarah Raja Ampat sebagai destinasi wisata alam dan arkeologi, menggabungkan petualangan dengan wawasan tentang asal-usul manusia di wilayah ini.

Sekilas tentang Gua Mololo dan Raja Ampat

Gua Mololo, terletak di Pulau Waigeo, Raja Ampat, dinamakan dari istilah lokal yang berarti "tempat bertemunya arus," mencerminkan letaknya di kawasan pesisir yang kaya akan kehidupan laut. Raja Ampat sendiri dikenal sebagai pusat Segitiga Terumbu Karang Dunia, dengan lebih dari 1.500 pulau kecil dan biodiversitas laut terbesar di dunia. 

8 Pulau di Raja Ampat yang Harus Dikunjungi Saat Berlibur, Sebelum Rusak Akibat Tambang Nikel!

Namun, penemuan di Gua Mololo menambah dimensi baru: Raja Ampat kini diakui sebagai situs arkeologi penting yang memberikan petunjuk tentang migrasi awal manusia purba ke Pasifik. Kombinasi wisata alam dan sejarah ini menjadikan Raja Ampat destinasi yang tak hanya indah, tetapi juga kaya akan nilai ilmiah.

Penemuan Arkeologi di Gua Mololo

Penelitian arkeologi di Gua Mololo mengungkap artefak berusia 50.000–55.000 tahun, termasuk alat serpih, serut, dan lancipan tulang. Artefak ini menunjukkan bahwa manusia purba di Raja Ampat memiliki keterampilan canggih dalam mengolah sumber daya alam. Selain alat, ditemukan pula arang, kerang, tulang hewan (burung, marsupial, kelelawar), dan resin pohon, yang mengindikasikan aktivitas pengolahan tanaman seperti sagu dan buah-buahan liar. Bukti ini mencerminkan interaksi erat manusia purba dengan ekologi hutan tropis pesisir, salah satu bukti tertua di dunia untuk aktivitas semacam itu. Penemuan ini menegaskan bahwa Homo sapiens di Raja Ampat mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang menantang.

Halaman Selanjutnya
img_title
Eksplorasi Tersembunyi di Pulau Gag Raja Ampat, Alternatif Wisata Selain Piaynemo dan Wayag