Teka-Teki Hidup Seperti Puzzle, Penulis Ini Ungkap Cara Menatanya Agar Utuh

Ilustrasi puzzle
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle –Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tuntutan, banyak orang merasa seperti sedang menyusun potongan-potongan yang tercerai-berai. 

Mengenal Co-Parenting, Cara Bijak Ibu dan Ayah Mengasuh Anak Meski Sudah Bercerai

Filosofi puzzle, sebagai permainan sederhana yang melatih ketelitian dan ketekunan, ternyata dapat menjadi metafora ampuh untuk memahami dinamika hidup. Penulis Meliza Maria, melalui karyanya yang baru saja dirilis berjudul Tidak Berdiri Sendiri, mengungkapkan bagaimana setiap pengalaman—baik suka maupun duka—merupakan kepingan penting yang perlu ditata dengan bijak agar membentuk gambar keseluruhan yang harmonis. 

Buku ini, yang terinspirasi dari pengalaman pribadi sang penulis, menawarkan wawasan mendalam tentang strategi menyusun "puzzle hidup" untuk mencapai keseimbangan emosional dan mental, sambil menekankan manfaat aktivitas ini bagi keluarga.

Pentingnya Quality Time Tanpa Gadget, 7 Ide Kegiatan Seru untuk Bonding Bersama Anak

Bermain puzzle bukan sekadar hiburan; ia merupakan latihan otak yang efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Menurut para ahli psikologi, seperti yang dibahas dalam diskusi peluncuran buku Meliza Maria pada 9 Agustus 2025 di Kinokuniya, Grand Indonesia, Jakarta, aktivitas ini melatih konsentrasi, keterampilan pemecahan masalah, dan koordinasi mata-tangan. 

Saat menyusun puzzle, otak bekerja untuk mengenali pola, bentuk, dan warna, yang secara tidak langsung memperkuat memori jangka pendek dan panjang. Lebih dari itu, puzzle mengajarkan kesabaran karena tidak semua kepingan langsung pas; sering kali diperlukan percobaan berulang. 

Nggak Melulu Gadget! 8 Ide Permainan Edukatif yang Bikin Anak Pintar dan Anti-Bosan di Rumah

Dalam konteks hidup, hal ini mirip dengan menghadapi tantangan sehari-hari, di mana kegagalan sementara justru menjadi pelajaran berharga untuk menemukan solusi yang tepat.

Salah satu tips utama untuk menata hidup seperti puzzle adalah dengan mengidentifikasi kepingan-kepingan utama terlebih dahulu. Mulailah dari "bingkai" atau dasar, seperti nilai-nilai inti dan tujuan jangka panjang, sebelum mengisi detailnya. 

Meliza Maria, melalui tokoh utama dalam novelnya bernama Lilith, mengilustrasikan bahwa hidup bukanlah rangkaian acak, melainkan serangkaian peristiwa yang saling terkait. Lilith, seorang pecinta puzzle, memandang setiap momen sebagai potongan yang harus ditempatkan dengan hati-hati. 

Untuk menerapkannya, cobalah buat daftar pengalaman hidup Anda—baik pencapaian maupun kegagalan—dan kategorikan mana yang menjadi "sudut" kuat (seperti dukungan keluarga) dan mana yang perlu "dirotasi" (seperti kebiasaan buruk). Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi stres, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri saat melihat kemajuan secara bertahap.

Aktivitas puzzle juga sangat bermanfaat untuk mempererat ikatan keluarga, terutama di era digital di mana interaksi tatap muka semakin jarang. Bayangkan duduk bersama anak-anak, memegang potongan-potongan berwarna, sambil berdiskusi tentang strategi penyusunan. 

Momen ini membuka ruang untuk percakapan ringan, tawa bersama, dan kolaborasi yang alami. Penelitian dari bidang psikologi keluarga menunjukkan bahwa kegiatan bersama seperti ini dapat mengurangi risiko konflik rumah tangga dan meningkatkan empati antaranggota keluarga. 

Almira Rahma, seorang psikolog dan corporate trainer yang turut hadir dalam acara peluncuran buku tersebut, menekankan bahwa puzzle mengajarkan kerja sama tim: satu orang mungkin ahli dalam mengenali pola, sementara yang lain lebih cepat dalam mencocokkan warna. 

Terapkan tips ini dengan memilih puzzle bertema yang sesuai usia anak, mulai dari 100 potong untuk pemula hingga ribuan untuk tantangan keluarga, dan jadwalkan sesi rutin seminggu sekali untuk membangun rutinitas positif.

Selain manfaat kognitif, filosofi puzzle dalam hidup membantu mengelola kesehatan mental dengan lebih baik. Setiap kepingan yang tampak tidak pas pada awalnya sering kali menemukan tempatnya setelah perspektif diubah. 

Peluncurann buku Tidak Berdiri Sendiri

Photo :
  • Istimewa

Meliza Maria, yang menulis buku setebal sekitar 346 halaman ini berdasarkan pengalaman pribadinya, menyampaikan bahwa permainan puzzle telah membantunya mengenal diri sendiri lebih dalam. Tips praktisnya termasuk merefleksikan hari secara harian, seperti menyusun "puzzle jurnal" di mana Anda catat tiga kepingan positif dan satu tantangan, kemudian cari cara menghubungkannya. 

Hal ini selaras dengan prinsip terapi kognitif-perilaku, di mana reframing pengalaman negatif menjadi bagian dari narasi kesuksesan dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Bagi orang tua, integrasikan ini dengan anak melalui cerita sederhana: jelaskan bahwa hidup seperti puzzle besar yang membutuhkan waktu, bukan kecepatan.

Untuk memulai, pilihlah puzzle yang berkualitas, seperti merek-merek terkenal yang disebutkan dalam novel Meliza, yang menawarkan desain rumit untuk stimulasi maksimal. Mulai dari level mudah untuk membangun kepercayaan diri, lalu tingkatkan kesulitan secara bertahap. 

Dalam hidup, terapkan prinsip serupa dengan menetapkan milestone kecil—seperti menyelesaikan satu proyek kerja sebelum beralih ke yang lain—agar tidak overwhelmed. Pendekatan ini tidak hanya membuat proses lebih menyenangkan, tetapi juga memberikan rasa pencapaian saat gambar utuh mulai terbentuk.